Pengantar Redaksi:
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua
jam melewati jalan berbatu dan menanjak, akhirnya rombongan kami sampai
juga di desa Kenalan. Sejenak kami heran dan kagum memandangi sebuah
gereja dengan arsitektur modern berdiri megah di desa yang terletak di
lereng barat gunung. GKJ KENALAN, begitu nama yang terpampang di papan
di halaman gereja.
“Lebih bagus dan lebih besar daripada gerejaku.”
bisik seorang teman. Beberapa saat kemudian tampak serombongan jemaat
memasuki halaman gereja. Hanya dalam waktu kurang dari setengah jam
saja, gereja berkapasitas 400-an orang itu sudah penuh sesak. Terasa
unik memang, di sebuah desa terpencil berdiri gedung gereja yang megah
dengan jemaat sebanyak itu. Ya, sejarah lahirnya gereja ini sangat
menarik. Sejak Sudarmono, mantan lurah desa Kenalan dan istrinya,
Sumari, percaya pada Yesus sekitar 30 tahun yang lalu, saat ini hampir
seluruh penduduk desa itu beriman dan percaya pada Yesus. Bagaimana
semua itu bisa terjadi? Ikuti kisah menarik di bawah ini seperti yang
dituturkan pasangan suami-istri itu kepada Sari dan Wawan dari majalah
BAHANA.Sakit Keras
Cerita ini berawal dari sakitnya Sumari,
istriku tercinta. Sudah sekitar tujuh bulan dia tergeletak lemah tak
berdaya di rumah akibat penyakit yang tidak jelas. Segala upaya
kulakukan demi kesembuhan ibu dari anak-anakku itu. Beberapa tetanggaku
menyarankan supaya aku datang pada “orang pintar” yang cukup terkenal di
daerah kami. Karena belum percaya Yesus dan terdorong keinginan kuat
supaya istriku sembuh, aku turuti saja saran mereka. Hampir 10 dukun
sudah aku datangi namun tidak ada hasilnya. Bagaimana bisa berhasil
kalau cara pengobatannya aneh? Obat dari dukun hanya berupa segelas air
putih mentah yang diberi bunga mawar, kenanga, kanthil dicampur arang
dari dupa yang telah dibakar. Air segelas itu harus diminum sampai
habis. Meski tidak masuk akal, entah kenapa aku dan istriku percaya dan
menuruti petunjuk dukun itu. Sakit istriku tidak kunjung sembuh malah
sebaliknya semakin parah saja.
Setelah lelah, berobat ke sana kemari,
aku datang pada Pak Jasmin, seorang penyuluh pertanian yang bertugas di
desaku. Aku ceritakan semua tentang istriku dan usaha yang telah
kulakukan. Kemudian Pak Jasmin yang juga anggota majelis GKJ Ngablak itu
menawarkan untuk mendoakan istriku secara Kristen. Meski belum pernah
mengenal Yesus, aku rela saja istriku didoakan dalam nama Yesus karena
aku sangat ingin dia sembuh. Tim doa GKJ Ngablak yang terdiri dari tujuh
orang itu lalu mengunjungi rumahku. Mereka bersatu hati mendoakan
istriku yang semakin hari semakin lemah saja. Sebelum pulang, mereka
menganjurkan supaya istriku dibawa ke dokter saja. Herannya, istriku
langsung menuruti anjuran mereka padahal sebelum itu dia tidak pernah
mau kalau diajak berobat ke dokter. Mungkin Tuhan sendiri yang membuka
hatinya. Hasil pemeriksaan dokter membuat hatiku miris. Bagaimana tidak?
Ternyata ada tumor yang cukup ganas bersarang di rahim istriku. Dengan
hati sedih, aku membawanya ke RS Dr. Karyadi untuk mendapatkan perawatan
yang lebih intensif. Menurut dokter, akar tumor itu sudah menjalar ke
mana-mana sehingga tidak dapat diangkat. Satu-satunya pengobatan adalah
dengan cara disinar saja. Namun itu pun tidak dapat segera dilaksanakan
karena Hb istriku terlalu rendah. Baru setelah seminggu dirawat, istriku
dapat disinar (dibestral). Di rumah sakit itu, istriku tinggal sekamar
dengan pasien kanker kandungan lainnya. Selama dirawat tiga bulan,
istriku menyaksikan teman-teman sekamarnya meninggal satu per satu.
Hanya dia yang dapat bertahan. Peristiwa tersebut tidak membuat istriku
takut ataupun patah arang. Dia tetap semangat bahkan punya kemantapan
dapat sembuh dari penyakit ini. Keyakinan ini didapatkannya setelah dia
percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat.
Memang selama dirawat di rumah sakit,
tim doa dari GKJ Ngablak dengan tekun membesuk dan mendoakan istriku.
Dukungan inilah yang menyemangati istriku untuk bertahan hidup. Bahkan,
dia pun mulai belajar berdoa dengan cara Kristen. Sejak mengenal Yesus,
aku juga rajin berdoa dan mengadakan persekutuan doa di rumahku seminggu
sekali. Itulah yang menguatkan aku.
Pamit Pada Warga
Sementara itu, keadaan istriku semakin
parah saja. Suatu hari, dia sempat tidak sadar selama beberapa saat.
Saat kejadian itu berlangsung, aku sedang di rumah sibuk memanen
tembakau. Saking sibuknya, aku sampai lupa berdoa. Namun, Tuhan itu
tetap baik. Akhirnya, istriku sadar kembali. Jika ditanya, apa yang
dirasakan selama tidak sadar 30 menit itu istriku selalu tidak dapat
menjelaskan. Selama sakit, istriku pernah bermimpi didatangi oleh
seorang laki-laki berkerudung putih. Laki-laki yang wajahnya tidak
begitu jelas itu lalu menjamah dan menyembuhkannya. Betapapun aku sudah
berdoa dan beriman pada Yesus, sisi kemanusiaanku masih saja muncul.
Hatiku tetap diliputi keraguan, apakah istriku benar-benar dapat sembuh?
Data medis menunjukkan, secara akal manusia istriku tidak dapat
disembuhkan lagi.
Namun ternyata kuasa Tuhan melampaui
segala akal manusia. Dari hari ke hari, keadaan istriku mulai membaik.
Aku sangat percaya, ini adalah pekerjaan Tuhan saja. Karena itu, aku
semakin percaya pada Yesus. Kemantapan hatiku untuk beriman pada Yesus
ini langsung kusampaikan pada warga. Suatu hari aku mengumpulkan
beberapa tokoh warga dari dua dusun di bawah pemerintahanku dalam suatu
pertemuan yang kami sebut dengan rembug desa. Dalam pertemuan ini, aku
menceritakan tentang keadaan istriku yang semakin membaik karena
didoakan oleh Tim Doa dari GKJ Ngablak. Aku lalu menyatakan keinginanku
untuk percaya pada Yesus dan memeluk agama Kristen. Puji Tuhan, beberapa
tokoh itu tanpa paksaan siapa pun menyatakan keinginan yang sama.
Bersama dengan mereka dan didukung oleh
pendeta dan majelis dari GKJ Ngablak, aku merintis ibadah di desaku.
Tempat Berpindah-pindah
Sekitar 150 warga yang berasal dari tiga
desa hadir dalam kebaktian perdana yang diselenggarakan pada minggu
pertama bulan April 1974. Kenyataan ini sangat menggembirakanku.
Kebahagiaanku bertambah, tatkala dokter mengizinkan istriku dibawa
pulang karena keadaannya sudah membaik. Sebelum pulang, aku sempat
bertanya kepada dokter apakah istriku benar-benar sembuh. Dokter pun
menjawab, bahwa kanker tidak dapat sembuh total, harus tetap kontrol ke
dokter. Aku pun pasrah saja. Kepulangan istriku dari rumah sakit,
disambut gembira oleh para warga. Bayangkan, istriku yang sakit sudah
sekian lama akhirnya dapat sembuh hanya oleh mukjizat dari Tuhan.
Kesembuhan istriku, mendorong 153 warga desa meminta untuk dibaptis. Ya,
akhirnya hati mereka pun terbuka dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru
Selamat pribadinya. Itu terjadi pada bulan Desember 1974 yang kemudian
dijadikan tonggak berdirinya gereja kami.
Selama kurang lebih empat tahun, kami
tidak mempunyai gedung gereja. Kebaktian diadakan berpindah-pindah dari
satu rumah ke rumah lain. Hingga suatu saat, muncul kesadaran pada warga
untuk memiliki sendiri rumah ibadah. Sebagai ungkapan syukurku pada
Tuhan, aku menyerahkan sebidang tanah untuk dibangun gereja. Namun untuk
membangunnya kami masih membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tuhan lalu
mengirimkan hamba-Nya dari Kanada untuk membantu kami. Dana sebanyak
Rp. 1.700.000,00 yang diberikannya sangat berarti bagi kami. Akhirnya,
kerinduan untuk memiliki gedung gereja dapat terwujud meski masih sangat
sederhana. Walau begitu, gedung gereja kami dapat membawa berkat bagi
warga desaku, baik yang percaya Yesus maupun tidak. Gedung itu berfungsi
ganda. Hari Senin hingga Sabtu, tempat itu dipakai untuk sekolah
sedangkan hari Minggu untuk ibadah.
Seiring dengan perkembangan jemaat,
gedung gereja tidak mampu lagi menampung jemaat. Kami lalu sepakat untuk
merenovasi dengan bantuan beberapa donatur. Kami juga tetap melakukan
swadaya dengan mengumpulkan hasil panen tembakau terbaik kami. Karena
itu, sekarang ada istilah “mbako grejo” (tembakau gereja) untuk menyebut
tembakau terbaik. Saat ini, kami sudah mempunyai gedung gereja yang
dapat menampung 426 jemaat. Karena itulah, pada bulan November 2001 lalu
gereja kami akhirnya didewasakan. GKJ KENALAN, itulah nama gereja kami.
Meski belum mempunyai pendeta, kegiatan kerohanian di gereja kami tetap
bergairah. Kelompok-kelompok PA yang tersebar di beberapa desa lain
aktif melakukan kegiatannya. Ya, kami memang selalu rindu mempelajari
firman Tuhan. Sejarah lahirnya gereja kami sering kali dianggap unik.
Oleh karenanya, kami sering mendapat kunjungan dari saudara-saudara
seiman yang berasal dari berbagai denominasi. Saat ini, hampir seluruh
warga di desa Kenalan sudah percaya pada Yesus meski masih ada beberapa
warga yang belum percaya. Namun kami tetap hidup damai dan saling
menghormati. Sejak percaya Yesus, hatiku merasa damai dan tenteram.
Mukjizat-Nya terus berlangsung dalam kehidupanku. Sumari, istriku
dinyatakan sembuh total dari kanker yang dideritanya sejak tahun 1976.
Ini adalah mujizat yang sangat besar karena sebelumnya, dokter memvonis
dia tidak bisa sembuh. Kini sudah lebih dari 25 tahun, istriku tetap
sehat. Kalaupun sakit, itu karena faktor usia maklum saja umurnya sudah
70 tahun. Untuk mengisi hari tua, kami berdua ingin memberi hidup bagi
orang lain. Kami punya kerinduan untuk membantu sesama yang masih
berkekurangan. Bukan berarti hidup kami sudah berkelimpahan. Justru di
dalam kesederhanaan ini, kami ingin tetap dapat membawa berkat bagi
sesama. Itu sebagai tanda ucapan syukur kami pada Tuhan yang telah
memberikan kasih-Nya pada kami.
Sumber diedit dari: Majalah
Bahana Edisi Juni 2002