Minggu, 09 Desember 2012

islam telah merampas hak saya-kesaksian muslim arab murtad dari (islam "penipu" berkedok agama)


Perjalananku ke Kemerdekaan
---------------------------------------------------------------------- ----------
M.A.

2005/11/13

Perjalananku ke satu2nya  dunia yang benar, sungguh sukar bagiku untuk menulis kebencianku akan agama pada umumnya, Islam dan Muhammad khususnya.

Aku adalah pria berusia 22 tahun, lahir di Saudi Arabia dari keluarga
Siria. Sewaktu masih anak2 aku telah menjelajahi separuh belahan dunia dan sebagai orang dewasa separuh belahan dunia lainnya lagi.

Pergumulanku mulai ketika aku masih kecil bahkan sebelum aku sadar bahwa aku ini ada. Ketika aku lahir, ayahku memberiku nama yang unik; hanya akulah yang punya nama seperti itu. Ketika ayahku ingin mendaftarkan namaku di Saudi Arabia, badan pemerintahan menolak namaku dan setelah mencoba beberapa kali ayahku akhirnya berhasil.

Sewaktu kecil, aku ikut ayahku hidup berpindah-pindah di beberapa negara, kebanyakan negara Barat. Tak banyak yang kutahu saat itu selain mendengar apa yang dikatakan keluargaku. Setelah itu aku disekolahkan di Saudi Arabia dan saat itulah aku mulai diperkenalkan dengan paksa pada suatu agama yang tidak seharusnya pernah ada.

Aku masih ingat jelas waktu orangtuaku tidak punya cukup uang untuk mengirimku ke sekolah swasta sehingga aku dikirim ke sebuah sekolah negeri. Ini merupakan tahun2 terburuk dalam hidupku. Guruku biasa datang ke kelas dan meletakkan kakinya yang bau di atas mejaku dan tidur selama berjam-jam. Lalu dia bangun dan mulai memukuli kami dengan hebatnya pakai karet yang diambilnya dari engsel jendela. Aku belajar dengan tekun karena ibuku mengajariku demikian. Nilai2ku sangat baik di seluruh tingkat kelas. Malah sebenarnya, aku adalah murid terpandai di kelas. Tapi kalau dalam rangking kelas, para guru selalu memilih dua atau tiga murid Saudi sebagai yang terbaik, baru setelah itu murid asing. Kedengarannya memang aneh, karena meskipun aku lahir di Saudi, aku tetap tidak dianggap orang Saudi. Malah sebenarnya, orang2 Saudi itu memperlakukan orang asing seperti binatang. Aku ingat para guru biasa memberi hadiah2 pada anak2 yang terbaik di kelas. Aku tidak pernah dapat satu pun dan aku sering bingung mengapa. Mengapa keadaannya begitu? Sungguh tidak adil! Setiap kali ini terjadi, aku pulang dan belajar lebih keras lagi, tapi semua ini sia2. Mereka memang harus memberi rangking 1 pada murid Saudi apapun yang terjadi. Aku tidak ingat tepatnya tahu berapa tapi itu adalah tahun2 di mana orang2 Muslim dibunuhi di Eropa Timur atau begitulah yang kudengar. Di sekolah aku sering mendengar lagu2 agama yang sama kedengarannya seperti lagu2 yang kita dengar saat ini di rekaman video pemancungan oleh teroris. Aku dulu benci mendengar lagu2 itu. Tidak ada suara alat musik pada lagu itu, yang terdengar hanyalah suara anak2 saja.

Tahun2 berikutnya, kami pindah ke negara Barat selama setahun, dan saat itulah aku mulai mengerti apa yang sedang terjadi. Saudara lakiku dan aku ditinggal di negara ini untuk belajar di SMP. Kami tinggal bersama keluarga jauhku, sedangkan keluarga dekatku balik ke Saudi karena alasan keuangan. Karena aku masih kecil dan jauh dari keluarga, aku merasa sedih tapi ternyata ini adalah kesempatan bagiku untuk melihat dunia luar. Setahun kemudian kami kembali ke Saudi setelah keadaan keuangan kami membaik. Ayahku memasukanku ke sekolah swasta terbaik. Aku menghabiskan masa SMP dan tahun pertama SMA di sana. Aku bisa berkata bahwa aku tidak belajar apa2 dari sekolah ini. Empat tahun kehidupanku berlalu begitu saja tanpa arti. Kami biasa pergi ke sekolah jam enam pagi dan berbaris, lalu melakukan gerakan olah raga yang aneh sekali, diperintah oleh guru dari Mesir yang tidak tahu apa2 berbekal ijazah palsu sarjana olahraga. Lalu kami harus mendengar Nasheed Alsabah. Selama setengah jam kami berdiri bagaikan prajurit, memakai baju seragam jelek dan harus menahan perasaan karena diawasi oleh guru2 yang siap menghukum kesalahan2 yang kecil seperti harimau siap menerkam mangsanya. Kami lalu naik tangga masuk kelas. Jika ada satu hal yang kusukai adalah banyaknya murid2 dari berbagai bangsa yang ada di kelas. Kau bisa menjumpai murid2 dari Mesir, Syria, India, Sudan, dll. Kami harus belajar 17 sampai 24 mata pelajaran per tahun. Setiap hari 8 mata pelajaran. Lima atau enam dari mata pelajaran itu adalah pelajaran agama: Tawhid, Quran, Tajweed, Fuquh, Hadith and Tafser.

Kami harus belajar dua atau tiga mata pelajaran agama setiap hari. Aku ingat bagaimana mereka memaksaku masuk klub Islam setiap Rabu. Sungguh menyebalkan. Aku benci bagaimana setiap mata pelajaran apapun diajarkan, baik itu agama, sains, sejarah, atau bahkan PE karena semuanya menuju ke satu arah yakni Tuhan yang Maha Kuasa dan bagaimana kami semua harus percaya akan kebesaranNya dll. Setiap buku bahkan buku sains sekalipun pasti saja terdapat satu atau dua ayat dari Qur’an atau Hadis. Ini bukti bagi murid2 yang lemah pikirannya bahwa Tuhan ada di situ. Guru Qur’an-ku paling membenciku. Karena aku tinggal di negeri Barat selama setahun, aku tidak begitu mahir bahasa Arab dan agama. Aku tidak bisa baca Qur’an sebaik yang mereka inginkan. Karena itu mereka terus mengritikku. Guru biasa memberi kami PR ber-halaman2 untuk dihafal dalam satu atau dua malam.

Hidupku waktu sungguh penuh sengsara, meskipun aku adalah murid terbaik di kelas. Aku tahu akan Sains, Geografi, dan mata pelajaran lain dengan sangat baik karena aku suka belajar, tapi aku benci sekali pelajaran agama. Aku benar2 tidak mampu menghafal hal2 yang tidak logis. Aku sangat pandai berpikir memakai logika dan hal2 analisis, tapi tidak begitu mahir menghafal. Karena itu, di setiap test agama, nilai2ku selalu jeblog.

Aku ingat guru agamaku, yang seharusnya beriman dan jujur, memberiku jawaban test supaya dia bisa pulang lebih cepat. Sekarang aku menyadari betapa munafiknya dia. Sekitar jam 12 siang, kami ke luar dan sembahyang. Sangat sedikit yang sembahyang. Aku tahu beberapa murid tertawa-tawa, ngobrol dan bercanda selama sembahyang. Aku biasa sembahyang percaya pada sesuatu tapi selalu ragu kalau Tuhan itu benar2 ada. Karena itu imanku mulai susut dan mereka tahu akan hal ini. Saat inilah aku bertindak jujur pada diriku sendiri dan aku selalu memberi komentar bagaimana manusia mulai hidup dan siapa yang menciptakan kita, dll. Mereka selalu punya alasan agama untuk tidak membicarakan hal itu. Mereka membenciku karena mereka tahu aku tidak akan pernah melepaskan keyakinanku akan kebenaran. Aku adalah pejuang bagi mereka yang tidak bisa bicara atau tidak bisa mewakili diri mereka sendiri. Aku mulai terkenal di kelas dan sekolah. Mereka tahu aku berbeda dengan murid lain, tapi mereka tidak tahu pasti dalam hal apa tepatnya. Saat itulah aku mulai sadar bahwa kepercayaanku itu salah dan aku membuka mata untuk melihat kebenaran. Aku tidak bisa mengatakannya keras2 tapi aku bisa berdebat dan tidak pernah kalah.

Mereka mengontrol setiap kegiatan dalam hidup kami. Dari potongan rambut kami ke panjang bulu kemaluan. Mereka adalah monster2 yang hanya percaya pada Allah. Aku ingat suatu kali di pelajaran agama, mereka menganjurkan kami untuk menyerang orang2 Barat dan Israel. Aku tidak pernah lupa kebencian yang mereka miliki terhadap agama lain dan para kafir. Mereka benar2 percaya jika kau meninggalkan Islam atau jadi kafir, maka kau harus dipenggal. Sungguh pemikiran dan perbuatan mereka yang tak masuk akal. Aku di sana untuk mengalami semua ini sendiri. Mereka biasa mengajari kami tentang terorisme. Mereka menanam benih2 kebencian dan diskriminasi dalam benak kami. Mereka memukuli kami karena tidak sembahyang, puasa atau bahkan melirik seorang gadis. Aku biasa bermimpi melihat wanita2. Secara mental aku telah dimanipulasi. Tapi aku cerna semua itu dan mengambil kesimpulan yang logis darinya. Aku tidak pernah lupa khotbah2 mereka di mesjid, saat mereka menguliahi orang2 dengan kebencian, memanipulasi pikiran2 dan perasaan2 mereka untuk berjuang melawan sesuatu yang tidak ada harganya sama sekali.

Aku muak akan setiap detik dalam hidupku yang kujalani sebagai Muslim. Aku malu karena percaya akan Islam dalam setiap detik hidupku. Aku telah rugi banyak karena Islam. Aku hampir kehilangan hidupku hanya untuk sesuatu yang dikarang-karang seseorang.

Untungnya, sekarang aku hidup di negaraku tercinta, the United States of America. Ya, inilah negaraku sampai aku mati. Aku akan melawan musuh2nya di mana pun mereka berada. Aku akan korbankan nyawaku bagi sang Merah, Putih, dan Biru. Aku korbankan nyawaku bagi mereka yang telah kehilangan nyawa untuk memastikan bahwa aku mendapatkan kemerdekaanku dan mencari kebenaran di negara yang hebat ini.

Aku pindah ke U.S. sewaktu aku di SMA. Saat itulah aku mulai memanggil diriku sebagai seorang atheis. Aku bangga karenanya. Ibuku sukar menerima hal ini tapi ayahku lebih terbuka dan dia pun mulai memanggil dirinya sebagai atheis. Hari aku bisa berkata bahwa aku telah merubah ratusan, jika tidak ribuan, kehidupan orang2. Saudara lakiku juga jadi atheis dan ibuku sedang dalam tahap akhir kehilangan iman Islamnya. Aku umumkan di mana pun aku bisa di seluruh dunia segala kejelekan wajah Islam. Aku telah mengubah banyak iman teman2ku dari Islam jadi atheis.

Hidup di sini telah mengubahku dari Muslim palsu ke keadaan diriku yang sebenarnya. Mereka bilang atheis adalah orang tak bermoral. Mereka berkata bagaimana kau bisa membuat aturan2mu sendiri? Mereka bertanya apa yang bisa menghentikanmu untuk berbuat jahat? Aku selalu menjawab: hati nurani. Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada rasa bersalah.

Jika kau seorang Muslim atau seorang yang beragama, kau bisa berbuat salah apapun dan lalu berdoa untuk minta ampun. Karena kau betul2 percaya bahwa Dia telah mengampunimu, kau akan melakukan kesalahan lagi. Kan nantinya tetap bisa minta ampun lagi. Seorang atheis tidak percaya Tuhan akan mengampuninya, sebab baginya tidak ada Tuhan. Orang atheis mencoba hidup menurut hati nurani dan tidak melakukan hal yang salah atau jika dia salah, dia berusaha memperbaikinya.

Aku berusaha melakukan yang terbaik agar tidak ada seorang pun yang harus mengalami apa yang telah kualami. Kepada para kawan Muslim sesamaku manusia kukatakan: aku mengasihi kalian semua. Ya, kukasihi kalian dengan sepenuh hatiku, tapi aku menyayangkan apa yang kau percayai. Mohon dimengerti bahwa aku menulis kalimat ini berdasarkan kasih dan bukan benci. Aku tidak minta kalian berubah dalam semalam tapi kumohon bukalah matamu sedikit untuk melihat cahaya kebenaran. Hatiku berharap padamu dan pada setiap orang yang benar2 ingin melakukan perubahan di dunia ini.

Kami tidak menginginkan apapun kecuali keberhasilan bagi seluruh umat manusia. Aku adalah eks-Muslim yang kesepian beberapa tahun lalu. Tapi sekarang aku bergabung dengan jutaan eks-Muslim setiap hari. Sungguh penting bagi kami semua yang telah tahu kebenaran untuk berusaha sedikit saja untuk merubah keadaan dunia. Dan kami akan berhasil melakukannya.

Aku benci Islam. Jika tidak karena Islam yang membuang tahun2ku dengan percuma untuk mempelajarinya, aku seharusnya bisa menggunakan waktu itu untuk belajar fisika dan astronomi. Hari ini aku berusia 22 tahun dan penuh semangat pengetahuan dan logika; aku adalah pria yang tidak bisa pergi ke perguruan tinggi karena aku harus bekerja; aku adalah pria yang setiap hari membayangkan apa saja yang dapat kulakukan jika aku dapat kesempatan mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Kesempatan ini lenyap karena Islam. Islamlah satu2nya alasan mengapa aku seperti ini sekarang. Aku masih muda dan telah melakukan begitu banyak dalam hidup jauh lebih daripada orang lain seumurku. Tapi aku tahu bahwa jika Islam tidak mengambil begitu banyak dari hidupku, aku akan telah bisa mencapai apa yang kuharapkan. Aku tidak akan pernah berhenti mencoba. Aku akan mencapai cita2ku dan impianku meskipun jika aku harus melakukan hal yang tidak mungkin. Aku akan mampu belajar di perguruan tinggi, aku akan jadi orang yang kuidamkan. Aku akan jadi orang berguna dan menolong sesama manusia.

Yang kubutuhkan hanyalah sedikit dorongan untuk kembali ke jalur yang benar. Suatu hari aku akan berada di jalur itu.

Cari artikel Blog Ini

copy right