Melihat sejarah kekerasan islam dan
perbedaan yang kontras dari praktek-praktek kekerasannya jaman sekarang
dibanding dengan nilai2 kemanusiaan saat ini, muslim berjungkir balik
membungkus kembali iman mereka di jaman modern ini. Beberapa pembela
islam terkemuka bergantungan pada trik-trik yang melibatkan ‘kalimat
bersayap’ dan ‘menyatakan setengahnya saja
’ yang lalu diulang-ulang
terus menerus oleh muslim-muslim pemula lain bahkan oleh mereka yang
berada diluar iman mereka (non muslim) sekalipun.
Ini adalah dokumentasi (yang kami harap
bisa memperbaiki dan diperluas seiring waktu) yang menelanjangi beberapa
‘trik/tipuan’ dan membantu para pencari kebenaran agar bisa melihat
‘kebenaran yang hakiki’ menembus jaringan laba-laba simpang siur palsu
karangan muslim tentang klaim mereka akan islam serta sejarahnya.
- Jika islam itu agama jahat, maka semua
muslim haruslah jahat
- Agama lain
juga melakukan pembunuhan
- Muhammad
mengajarkan ‘tidak ada paksaan dalam agama’ (QS2.256)
- Perang Salib
- Muhammad tidak pernah membunuh satu orangpun
- Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh”
(QS5.32)
- Muslim membunuh karena
membela diri
- Taruhan US$1 Juta:
kata ‘Jihad’ tidak ada dalam Quran.
-
Ayat-ayat kekerasan diartikan keluar dari konteksnya
- Islam pasti benar karena agama yang
paling pesat perkembangannya sedunia
Jika islam itu agama jahat,
maka semua muslim harusnya jahat
Tipu-tipu Muslim:
Tipu-tipu Muslim:
Kebanyakan muslim
hidup damai, tanpa melukai orang lain, jadi gimana bisa islam itu agama
yang jahat? Jika islam itu agama teroris, kenapa tidak semua muslim jadi
teroris?
Kenyataannya:
Kenyataannya:
Sederhana saja, karena bunuh orang itu
salah, ngga peduli apa islam mengajarkan itu atau tidak.
Semua agama selaras dalam bentuk atau
prinsip2 kemanusiaan. Banyak muslim di barat sering mentafsirkan islam
yang mirip dengan Kekristenan dibandingkan ajaran sebenarnya dari
Muhammad, karnea begitulah agama itu disajikan pada mereka sejak
awalnya. Mereka Cuma tahu detil2 tertentu sejarah nabinya belaka yang
selaras dengan moral masa kini, dan bukannya yang menerangkan tentang
hedonisme, penipuan, kekuasaan dan kekerasan.
Muslim kebanyakan demikian karena mereka lebih setia pada
hukum moral yang tertulis dalam hati mereka dibanding dengan ajaran
rinci yang sungguh2 diajarkan Muhammad, tak peduli mereka tahu itu atau
tidak. Mereka menyaring bukti2 yang bertentangan dengan moral mereka –
ketika mereka mendapatkannya – dan sungguh2 percaya bahwa agama mereka
itu ikut serta dalam banyak kebebasan dan nilai2 yang sekarang dianut di
barat (mungkin malah tidak pernah mempertanyakan kenapa kebebasan dan
toleransi secara aneh tidak ada ditanah2 dan negara2 muslim).
(Muslim kebanyakan jika mendapat satu
persoalan, lalu mereka mencari hati mereka akan moral bagaimana yang
sebaiknya dilakukan atas persoalan tersebut, lalu setelah mereka
mendapatkan ‘jawaban moral’ atas persoalan tersebut, mereka mencari
‘kesamaan’ jawaban tersebut dalam Quran. Meski misalnya Quran telah
menjawab persoalan tersebut secara langsung, tapi karena jawaban quran
langsung tsb bertentangan dengan moral mereka, mereka lebih memilih ayat
yang ‘bersayap’ yang bisa ‘menyamai’ jawaban pilihan mereka. Tambahan
penerjemah)
Meski islam adalah agama
yang besar, bukan kebetulan bahwa muslim murni – mereka yang mengartikan
perkataan Muhammad secara literal – adalah yang paling berbahaya.
Mereka disebut “Ekstremis” atau “Fundamentalis”, tapi, pada akhirnya,
mereka juga lah yang paling berdedikasi pada Quran dan mengikuti jalan
Jihad seperti yang diperintahkan oleh Muhammad.
Tentu saja pertanyaan yang sama bisa diarahkan sebaliknya.
Jika islam adalam agama damai, lalu kenapa islam adalah satu-satunya
agama yang secara konsisten menghasilkan teroris bermotifkan agama?
Kenapa ribuan orang memenggal kepala orang tak bersalah atau menabrakan
pesawat kegedung bertinggkat sambil berteriak “ALLAHUAKBAR”? Mana
kemarahan para muslim ketika hal ini terjadi? Dan kenapa mereka malah
lebih marah atas masalah kartun Muhammad semata?
Agama
lain juga melakukan pembunuhan
Tipu-tipu Muslim:
Menyeret agama lain selevel dengan islam adalah salah satu
strategi paling populer dari para pembela muslim jika didesak dengan
kekerasan islam. Ingat Timothy McVeigh, PembomOklahoma City? Kenapa
mengincar islam kalau agama lain juga ternyata punya masalah yang sama?
Kenyataannya: Karena memang tidak
sama.
Apapun agama yang
dicantumkan dalam KTP si Timothy ini, dia bukanlah orang yang religius.
Tak pernah satu kalipun dia menyebutkan pembomannya karena perintah
agama, atau mengutip ayat2 alkitab, atau mengklaim dia membunuh karena
membela Tuhannya.
Yang disebut
“pemeluk agama lain” oleh muslim hampir selalu pemeluk minoritas yang
tidak aktif terlibat dalam agamanya. Mereka juga tidak terinspirasi dari
agamanya ataupun mereka mengaku melakukan itu karena mereka penganut
agama tertentu seperti yang dilakukan para teroris muslim dengan
bangganya. Dan inilah yang membuat masalah ini menjadi sangat berbeda.
Islam dihubungkan dengan terorisme islam
karena para teroris itu sendiri yang menyatakan hubungan demikian.
Muslim yang membandingkan ini sama saja
dengan membandingkan apel dengan jeruk.
Ya, ada beberapa pembom yang benar2 religius (seperti yang
dengan sukacita ditunjukan para muslim), tapi lihatlah lingkup
masalahnya. Ada lima serangan dalam jangka waktu 35 tahun di Amerika.
Tujuah orang meninggal. Ini sama dengan rata-rata satu kematian dalam
setiap limatahun.
Sebaliknya, teroris
islam melakukan hampir sepuluh ribu (10.000) serangan mematikan dalam
enam tahun setelah 11 September 2001 saja. Jika mundur hingga tahun
1971, ketika tentara muslim di Bangladesh mulai membantai orang2 hindu,
lalu tahun2 dimana jihad dilakukan di Sudan, Kashmir dan Aljazair, dan
jangan lupa kekerasan Sunni vs Shia di Irak, jumlah orang tak bersalah
yang terbunuh DALAM NAMA ISLAM mungkin melebihi LIMA JUTA ORANG DALAM
PERIODE WAKTU YANG SAMA.
Enam tahun
belakangan ini saja, mungkin ada selusin lebih pembunuhan religius oleh
orang2 agama non islam, total. Tidak ada agama lain yang menghasilkan
WISATA PEMBUNUHAN seperti yang islam lakukan hampir setiap hari setiap
tahun. Tidak ada ayat2 dalam kitab2 agama non islam yang mendukung
pembunuhan2 itu. Tidak ada juga kelompok2 besar diseluruh dunia yang
mendedikasikan diri utk membantai orang2 yang menyembah tuhan yang
berbeda, ketika komunitas besar orang percaya berjuang dengan perbedaan
dan ulama2 radikal yang mendukung teror.
Muslim mungkin berpura-pura bahwa agama2 lain sama-sama ‘salah
tafsir’nya seperti agama mereka yang ‘sempurna’, tapi kenyataan
berbicara hal yang jauh lebih mengerikan.
Muhammad mengajarkan ‘tidak ada paksaan dalam agama’
(QS2.256)
Tipu-tipu
Muslim:
Muslim mengutip ayat
2.256 dari Quran utk membuktikan betapa tolerannya agama islam itu.
Ayat ini: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat…”
Kenyataannya:
Muslim yang mengutip ayat ini mungkin
mengerti mungkin juga tidak bahwa ini adalah ayat awal dari periode
Medinah. Ayat yang ‘diturunkan’ disaat para muslim baru saja tiba di
Medina setelah terbirit-birit diusir dari Mekah. Mereka perlu tempat
tinggal diantara suku2 kuat disekeliling mereka, yang kebanyakan adalah
orang yahudi. Disaat inilah, contohnya, Muhammad memutuskan utk mengubah
arah kiblat sholat mereka dari Mekah ke Yerusalem demi menarik hati
suku2 tsb.
Tapi muslim sekarang
sholat kearah Mekah. Alasannya adalah karena Muhammad mengeluarkan
perintah lain yang menasakhkan (mengganti) perintah pertama. Malah,
Nasakh (penggantian/pembatalan) ayat ini menjadi prinsip paling penting
yang harus diingat jika menafsirkan Quran – dan ayat 2.256 khususnya –
karena ayat2 yang ‘turun’ belakangan (secara kronologis waktu) dikatakan
menggantikan ayat2 yang bertentangan sebelumnya.
Pesan2 Muhammad lebih dekat pada kedamaian
dan toleran selama tahun2 pertamanya di Mekah, ketika dia belum punya
tentara. Ini berubah secara dramatis ketika dia punya kuasa utk
menaklukan, yang dia pakai utk memaksa suku2 lain agar masuk muslim
tanpa syarat. Bandingkan ayat 2.256 dengan 9.5, yang ‘diturunkan’
belakangan, maka lebih mudah utk melihat kenapa islam bukanlah agama
damai sejak Jaman Muhammad sampai detik ini.
Ada bukti bahwa ayat 2.256 mungkin bukan dimaksudkan utk para
muslim sama sekali, tapi ditujukan sebagai pesan bagi agama mereka agar
mereka memperlakukan para muslim dengan baik. Ayat 193 dari surat yang
sama menginstruksikan muslim utk “Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata
untuk Allah.” (Fitnah yang dimaksud disini adalah Syirik, menyembah yang
bukan Allahnya islam). Ini memperkuat sifat narsisis dari Islam, yang
menempatkan para muslim diatas semua non muslim, dan menerapkan standar
yang sangat berbeda bagi kedua kelompok tsb.
Meski banyak muslim sekarang menolak praktek memaksa orang
lain masuk agama mereka, pemaksaan ini telah menjadi bagian sejarah
islam sejak jaman Muhammad bisa mengangkat pedang. Seperti tercatat
dalam banyak hadis dimana dia berkata “Aku diperintahkan utk memerangi
orang2 hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah…”
Hebatnya,
utk yang ini Muhammad mempraktekan perkataannya kedalam perbuatan.
Ketika dia berbaris menuju Mekah dengan pasukan, salah satu tugas
awalnya adalah menghancurkan patung2 yang ada didalam Kabah, yang
disembah oleh orang2 arab selama berabad-abad. Dengan menghancurkan
objek sembahan ini, dia sama dengan menghancurkan agama orang2 tersebut
dan memaksakan agamanya sendiri.
Menariknya,
bahkan para muslim yang mengutip 2.256 biasanya percaya bahwa ajaran
islam yang lebih berbau pemaksaan agama. Yaitu adalah hukuman mati bagi
orang yang murtad dari islam, dan diskriminasi terhadap agama lain
(terutama jika minoritas) dibawah kekuasaan islam yang kadang disebut
sebagai “dhimmitude (aturan bagi para Dhimmi”. (Dhimmi adalah non muslim
yang tinggal dibawah kekuasaan islam).
Aturan Dhimmi melarang non muslim menyebarkan agama mereka
bahkan dhimmi harus membayar pajak jizyah, pajak yang diwajibkan bagi
mereka yang tidak mau masuk islam. Mereka yang tidak mau bayar harus
dihukum mati. Jika ini bukan pemaksaan, LALU APA NAMANYA?
Perang Salib
Tipu-tipu Muslim:
Muslim senang sekali membicarakan perang
salib.. dan kristen senang sekali minta maaf utk masalah perang itu.
Mendengar dari kedua belah pihak itu, orang akan percaya bahwa para
muslim Cuma membela diri dari serangan orang2 yang ingin mengambil tanah
milik sah mereka, ketika pasukan kristen memutuskan utk melakukan
perang suci dan membunuh ‘jutaan orang’.
Kenyataannya:
Setiap bagian dari mitos ini semua adalah kebohongan dari para
muslim. Dengan aturan standar yang dibuat oleh muslim itu sendiri,
perang salib malah bisa sangat dibenarkan, dan akibat2nya (meski jika
dipakai standar orang kristen) sangatlah kontras dibandingkan dengan
sejarah perlakuan keji yang dilakukan tangan2 muslim pada tanah2 yang
mereka jajah.
Ini fakta2nya secara
ringkas..
Perang Salib pertama
dimulai tahun 1095. 460 tahun setelah kota kristen pertama dijajah oleh
tentara muslim, 47 tahun setelah yerusalem dijajah oleh muslim, 453
tahun setelah mesir dijajah oleh muslim, 443 tahun setelah muslim
menjarah itali, 427 tahun setelah tentara muslim mengepung Kota Kristen
Konstantinopel, 380 tahun setelah Spanyol dijajah oleh muslim, 363 tahun
setelah Perancis diserang oleh tentara muslim, 249 tahun setelah Roma
dijarah oleh tentara muslim dan SATU ABAD SETELAH BERSABAR ATAS
PEMBAKARAN GEREJA2, PEMBUNUHAN2, PERBUDAKAN2 DAN PEMAKSAAN MASUK AGAMA
ISLAM TERHADAP ORANG2 KRISTEN YANG DITAKLUKAN.
Ketika Perang Salib benar-benar dimulai, tentara muslim telah
menaklukan 2/3 dunia kristen saat itu.
Eropa diganggu oleh para muslim pada tahun2 pertama sejak
kematian Muhammad. Ditahun 652 saja, para pengikut Muhammad melancarkan
perampokan2 dipulau Sisilia, dan melakukan penyerangan skala
besar-besaran 200 tahun kemudian yang berakhir hampir seabad kemudian
dan menghasilkan pembantaian besar-besaran, seperti di kota
Castrogiovanni dimana 8.000 orang kristen dihukum mati. Tahun 1084,
sepuluh tahun sebelum perang salib yang pertama, para muslim melakukan
perampokan yang luar biasa di Sisilia, membakar gereja2 di Reggio,
memperbudak biarawan2 dan memperkosa biarawati2 sebelum semuanya
dijadikan tawanan perang.
Secara
teori, Perang salib timbul karena adanya gangguan kepada peziarah
kristen Eropa yang menuju Tanah Suci Yerusalem, dimana mereka ditangkap,
dianiaya, dipaksa masuk islam bahkan dibunuh. (Bandingkan ini dengan
pembenaran Islam atas pembantaian yg mereka lakukan dengan alasan karena
Muslim dilarang masuk Mekah ketika jaman Muhammad!).
Tentara salib hanya menyerang tanah2 dimana
sebelumnya menjadi milik Kristen. Mereka tidak pernah menyerang masuk
ke Arab Saudi atau menghancurkan Mekah seperti yang Muslim lakukan (dan
terus lakukan) pada Itali dan Konstantinopel.
Periode “pendudukan” Tentara salib (atas tanah yg sebenarnya
milik sah mereka) berlangsung kurang dari dua ratus tahun. Penyerangan
Muslim malah berlangsung selama 1.372 tahun.
Periode “Penyerangan” Tentara Salib bisa ditotal hanya sekitar
20 tahun masa2 perang, dimana kebanyakan dari waktu itupun dihabiskan
oleh organisasi dan perjalanan2. (1098-1099, 1146-1148, 1188-1192,
1201-1204, 1218-1221, 1228-1229 dan 1248-1250). Sebagai perbandingan,
Jihad Muslim di pulau Sisilia berlangsung selama 75 tahun penuh.
Tidak seperti tentara jihad, tentara Salib
tidak pernah membenarkan tindakan2 mereka dengan ayat2 dari Injil
(perjanjian Baru). Ini sebabnya kenapa mereka disebut anomali
(penyimpangan), Jihad berlangsung selama 14 abad melawan kekristenan,
dimulai jauh sebelum Tentara Salib terbentuk dan masih berlangsung
setelah Tentara Salib tidak ada.
Kejahatan
terbesar dari Tentara Salib adalah penghancuran Yerusalem, dimana
disebutkan 30.000 orang dibantai. Jumlah ini kecil sekali dibandingkan
dengan jumlah korban Jihad, dari India sampai Konstantinopel dan
Narbonne, tapi Muslim tidak pernah meminta maaf atas kejahatan2 tersebut
dan tidak akan pernah.
Apa yang
disebut dengan “dosa dan perbuatan yang keterlaluan” oleh agama2 lain,
dalam islam disebut sebagai “Takdir Awlloh”.
Muhammad tidak pernah membunuh seorangpun
Tipu-tipu Muslim:
Agar memberi kesan bahwa Muhammad adalah
sungguhan orang cinta damai, muslim kadang mengklaim bahwa dia tidak
pernah membunuh seorangpun. Maksudnya bahwa dia tidak pernah membunuh
langsung memakai tangannya sendiri (kecuali dalam peperangan, yang
mungkin mereka lupa sebutkan).
Kenyataannya:
Memakai logika ini berarti Hitler juga
tidak pernah membunuh seorangpun.
Jelas,
jika anda memerintahkan anak buah anda utk melakukan pembunuhan tawanan
atau pembunuhan orang yang mengkritik, maka setidaknya anda punya andil
dalam pembunuhan tsb, malah dalam hukum jaman sekarang andalah otak
pembunuhan itu, hukumannya jauh lebih berat dari sipembunuh itu sendiri.
Dalam kasus si Muhammad, jumlah orang yang pernah dia ‘bunuh’ secara
harafiah terlalu banyak, hingga para sejarawan sendiri tidak sepenuhnya
tahu berapa jumlah tepat yang dia bunuh.
Tawanan di Badar (termasuk yang berteriak2 kepada anaknya
ketika akan dipancung), Ibu dari lima anak (ditusuk ketika tidur dan
menyusui anaknya atas perintah Muhammad hanya karena tidak percaya
Muhammad itu nabi), puluhan warga yahudi, termasuk para penyair dan
pedagang yang dituduh menghina islam, para pezina, budak (setidaknya
satu budak wanita yang tercatat), 900 Pria Quraiza yang ditangkap dan
dipancung atas perintah Muhammad, Kinana yang disiksa lalu dibunuh agar
memberi tahu tempat harta karun sukunya (dan malam itu juga istrinya
digagahi oleh Muhammad), kakek2 penyair yang syairnya menyinggung
Muhammad. Belum pedagang2 yang dirampok diawal2 ‘karir’ kenabian si
Muhammad.
Secara tidak langsung,
Muhammad bertanggung jawab bagi berjuta-juta orang yang dibantai
sepanjang abad bagi mereka yang membawa bendera Jihad. Tidak saja dia
membunuh, tapi dia sungguh2 manusia yang tangannya paling berdarah
sepanjang segala jaman.
Sama
seperti Alkitab, Islam mengajarkan “Dilarang Membunuh” (QS5.32)
Tipu-tipu Muslim:
Banyak orang barat lebih suka utk percaya
bahwa semua agama itu sama jeleknya atau sama buruknya, dan semangat
sekali mencerna apa saja yang kelihatannya mendukung persepsi ini. Mitos
ini menguntungkan islam semata, karena bukan saja mengangkat islam
hingga seakan sejajar dengan agama lain, tapi juga menyeret turun agama
lain hingga sejajar dengan islam. Utk bertarung dengan agama barat,
muslim dengan bangga mengutip ayat 5.32, ini ayat yang paling mendekati
perintah Perjanjian Lama “Jangan Membunuh”.
[5.32] ….barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya…..
Ini dikutip oleh
Dewan Fiqih Amerika dalam dakwah mereka “Fatwa Melawan Terorisme”.
Kenyataannya:
Ampuuunnn.. kalau saja Quran stop sampai
disana menurunkan ‘wahyunya’. Dunia ini akan damai sekali tanpa sejumlah
besar muslim yang berlomba membunuh sebanyak-banyaknya atas nama agama
islam diseluruh dunia. Berapa banyak nyawa, uang dan hati yang tidak
akan hilang jika Muhammad memerintahkan muslim agar menghargai nyawa
manusia non muslim seperti dalam tradisi Yudeo-Kristen.
Sialnya, ayat itu jauh dari pengertian
sebenarnya. Potongan dari ayat 5.32 diatas adalah tafsir para pembela
muslim YANG INGIN DIPAKSAKAN AGAR DIPERCAYA oleh non muslim, mereka
tidak mengeluarkan ratusan ayat perang, pancung, siksa, bunuh dan
perkosa. Bahkan yang mereka kutip diataspun sebenarnya tidak begitu
tafsirnya. Lihatlah ada tanda beberapa titik sebelum dan sesudahnya?
Artinya ada yang dihilangkan atau tidak dikutip, padahal itu artinya
menerangkan tafsir yang berbeda.
Dibawah
ini adalah ayat 5.32 sepenuhnya:
[5.32]
Oleh karena itu Kami tetapkan bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu orang lain, atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di
antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan di muka bumi.
Pertama,
membunuh diijinkan jika orang yang dibunuh itu pembunuh atau membuat
kerusakan (mischief) di muka bumi. Pembunuh mungkin agak masuk akal,
tapi ‘membuat kerusakan?” Jika ada yang perlu dijelaskan secara jelas
dan terperinci, kata ini pasti perlu diperlakukan demikian. Tapi
bergenerasi-generasi muslim dibiarkan menerapkan tafsir mereka sendiri
atas kata “membuat kerusakan” ini. Belum lagi kalu diingat standar para
muslim itu berbeda-beda tiap negara, tiap suku, tiap orang.
Kedua, lihatlah konteks yang lebih luasnya
dari ayat ini. Ini bukan perintah bagi muslim sama sekali. Tapi
menceritakan sebuah aturan yang diberikan bagi orang israel. Sebuah
teguran bagi pembunuhan. Sebuah dakwaan terhadap orang2 yahudi yang
melanggar perintah tuhan. Barang siapa yang dimaksud disini bukanlah
siapa saja diseluruh dunia, tapi orang2 yahudi.
(tambahan: Ayat ini juga diturunkan dalam konteks pembunuhan
Habil oleh Kabil, Anak2 Adam. Disini disebut jika membunuh Habil maka
sama saja dengan membunuh umat manusia seluruhnya, karena memang saat
itu manusia yang ada baru beberapa orang saja, salah satunya Habil)
Bukannya menganjurkan toleransi seperti
yang digembar-gemborkan muslim, Surah 5.32 diatas sebenarnya mengesankan
kebencian dengan seusap kekerasan. Yahudi dan Kristen secara tidak
langsung dikutuk sebagai orang ‘licik/jahat’ dengan ‘hati dengki’ dan
penghujat sekaligus pembenci. Muhammad lalu meneruskan ayat tsb dengan
mengingatkan umatnya bahwa Allah mencintai mereka yang ‘berperang’
dijalannya (dan jelas kita tahu siapa musuh yang diperangi itu).
Muslim juga seenaknya melupakan fakta bahwa
ayat setelah 5.32 itu malah memandatkan pembunuhan atas orang2 yang
berbuat ‘kerusakan dimuka bumi’ tsb. Malah lebih jauh lagi, menyuruh
menyalib, memotong tangan dan kaki mereka, ini lengkapnya:
[5.33] Sesungguhnya pembalasan
terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang
dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu
penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan
yang besar,
Jika
ini jawaban yang diberikan islam atas terorisme, ngga sulit utk menebak
kenapa agama ini menyumbang jutaan pembunuhan lewat serangan2 teroris
setiap tahun.
Muslim membunuh
karena membela diri
Tipu-tipu
Muslim:
Muslim sering
mengklaim bahwa agama mereka hanya memerintahkan pembunuhan dalam
pembelaan diri (jika nyawa mereka terancam).
Kenyataannya:
Bela diri hanya satu dari beberapa kondisi dimana muslim boleh
mengambil nyawa orang lain. Mitos membunuh karena bela diri saja mudah
sekali disanggah dari kisah2 kehidupan Muhammad yang dituliskan dalam
Qurannya (yang mana sangat akrab ditangan muslim teroris).
Karir membunuh Muhammad dimulai dengna
perampokan karavan2 pedagang yang bepergian antara Syria dan Mekah.
Begundalnya biasa mengendap pada sais karavan dan membunuh mereka yang
mempertahankan harta mereka. Tidak ada pembelaan diri disini, pembelaan
perut sendiri mungkin. Ini jelas2 RAMPOK DAN BUNUH – yang diijinkan oleh
Allah, menurut mulut Muhammad sendiri, dia juga menuntut seperlima
bagian barang rampokan itu).
Perang
pertama yang dilakukan Muhammad adalah Badar, ketika tentara Mekah
sebanyak 300 orang dikirim utk melindungi karavan dari serangan perampok
muslim. Orang2 Mekah tidak mengancam Muhammad, dan (sebaliknya dari
yang dipercaya muslim) orang2 mekah ini hanya membela diri mereka
setelah selalu dirampoki oleh para muslim. Setelah perang ini, Muhammad
menetapkan kebiasaan memancung sebagian tawanan yang menyerah, kebiasaan
yang akan banyak diulang ditahun2 kemudian.
Pentingnya episode ini tidak bisa dikatakan dilebih-lebihkan,
karena disitulah bergantung awal mulanya rantai kekerasan yang dilakukan
para muslim yang berujung pada serangan ke Jantung Ekonomi Amerika 11
September. Muslim tidaklah terancam oleh orang2 Amerika, dan pastinya
tidak terancam oleh orang2 Amerika yang mereka serang saat itu. Mereka
jaman dulu menyerang dan memancing peperangan, seperti yang dilakukan
dan diusahakan oleh al-Qaeda dijaman sekarang ini.
Muslim mencoba membenarkan kekerasan yang
dilakukan oleh Muhammad serta para pengikutnya, katanya dizolimi oleh
orang2 Mekah, hingga Muhammad diusir dari kota Mekah dan mencari
perlindungan di Medina. Tapi bahkan seburuk-buruknya perlakuan orang2
Mekah itupun, orang2 itu tidaklah melakukan pembunuhan, kecuali satu
atau dua pertengkaran salah paham. Muhammad dan pengikutnya sama sekali
tidak terancam nyawanya di Medina.
Bahkan pengikut Muhammad sendiri terbukti mempertanyakan apakah mereka harus mengejar dan membunuhi orang yang tidak menjadi ancaman bagi mereka, karena sepertinya mengkontradiksi ajaran Muhammad diawal mula. Utk meyakinkan mereka, Muhammad ‘menurunkan’ wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa “2.191 … fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan… “ Ayat ini menetapkan prinsip diam-diam bahwa otoritas muslim jauh lebih tinggi nilainya dibandingkan nyawa orang2 golongan lain. Tidak ada konteks moral lebih luas lagi tentang tindakan barbar ini. Satu-satunya yang jadi patokan adalah bagaimana sebuah kejadian mempengaruhi
atau menguntungkan para muslim.
Dibawah Muhammad, para budak dan penyair
dihukum mati, tawanan dipancung, dan pezina dirajam. Semua ini tidak
dilakukan dalam peperangan atau pembelaan diri. Sampai hari ini, hukum
islam memerintahkan hukuman mati utk kejahatan tertentu seperti
penghujatan atau murtad.
Setelah
modarnya Muhammad, para sahabatnya menyerang dunia muslim – mengambil
alih Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian Eropa. Mereka menyerang dan
menaklukan dunia timur juga, termasuk Iran, Afghanistan dan anak benua
India. Semua ini bukanlah pembelaan diri. Ini Penyerangan. Namanya
JIHAD.
Taruhan US$1 Juta:
kata ‘Jihad’ tidak ada dalam Quran.
Tipu-tipu Muslim:
Awal 2005, seorang ulama muslim terkenal bernama Jamal Badawi
menawarkan US$1 Juta bagi siapapun yang bisa membuktikan bahwa Quran
berisi kata “Perang Suci”. Apa dia sungguhan punya uang utk itu atau
tidak, kita tidak akan pernah tahu, tapi niatnya adalah utk membuat
orang2 percaya bahwa Jihad tidak disarankan dalam Quran dan bahwa
Teroris itu secara tragis telah salah mengartikan peperangan mereka
sebagai perang suci dijalan Islam.
Begitu
suksesnya mitos ini, hingga diulang-ulang dalam acara TV populer
seperti “Criminal Minds”. Banyak yang percaya bahwa bukan saja perang
suci tidak diperintahkan dalam Quran, tapi kata Jihad itu sendiri tidak
ada didalamnya. Karena kata Jihad artinya adalah “Perang Suci”
(khususnya bagi mereka yang membunuh dalam nama Allah).
Kenyataannya:
Bukan saja kata JIHAD disebut beberapa kali
dalam Quran, seperti surah yg terkenal, surah At Taubah (no.9), ada
lebih dari 150 seruan utk perang suci berantakan diseluruh Quran.
Jadi apa tujuannya?
Well, ketika kafir2 pandai seperti Robert
Spencer yang langsung merespon pada tantangan ini dan ingin mengambil
hadiahnya. Mr. Badawi dipaksa utk membayar tantangannya ini. Tapi apa
lacur? Mr. Badawi bilang tantangan dia tidak minta konsep tentang Perang
Suci. Dia hanya minta kata Arabnya langsung yang berarti Perang Suci.
Dan bagaimana dengan JIHAD? Well, ini ngga
masuk hitungan, menurut Mr. Badawi, karena secara teknis bisa juga
dipakai dalam konteks yang bukan berarti perang suci (meski ternyata
begitulah tafsiran kata itu dijaman Muhammad sendiri, bukan dijaman
kita). Jihad itu sama dengan kata “Perang”, yang bisa dipakai dalam arti
bersayap (seperti, “saya memerangi diri saya utk tidak berkata bahwa
Mr. Badawi adalah penipu ulung”).
Jika
Jihad adalah suci tanpa peperangan, maka “QITAL” mestilah artinya
peperangan tanpa suci. Ini istilah arab yang arti harafiahnya adalah
melakukan peperangan militer. Tapi, seperti Jihad, ini sudah pasti
dipakai dalam konteks perang suci, seperti dalam sura : “[2.193] Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” Mr. Badawi bahkan
berkata (ini ada rekamannya) dan mengakui bahwa Qital bisa menjadi salah
satu bentuk dari Jihad .. tapi meski begitu tidaklah masuk hitungan utk
tantangan yang dia ajukan.
Jadi,
meski Quran bilang pada pengikutnya utk “bunuhlah orang-orang
musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka” dan “penggallah
kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” dan 150
perintah kekerasan lainnya utk berperang secara jelas dijalan Allah..
kata arab utk “Suci” dan “Perang” tidak secara harafiah muncul
berdampingan. (Tidak juga kata jerman “concentration” dan “camp”, muncul
bersamaan dalam dokumen2 Nazi).
Ampuuun,
kemenangan macam apa yang diaku Mr. badawi ini? Orang jadi membayangkan
apakah Mr. Badawi sungguh2 percaya bahwa dia itu bermaksud jujur atau
dia akan malu sendiri jika dia mengenali permainan kata2 yang dia
lakukan itu?
Akhirnya, orang harusnya
tahu bahwa kata JIHAD dipakai dalam konteks perang agama lagi dan lagi,
dan terdapat banyak berantakan dalam ayat2 Quran dan Hadis, dan bahwa,
apapun terminologi pastinya, ayat ‘suci’ islam jelas-jelas menyuruh
‘semacam’ perang suci yang menimbulkan terorisme2 jaman modern sekarang
ini.
Ayat2 kekerasan
diartikan keluar dari konteksnya
Tipu-tipu Muslim:
Ayat2 seperti, “bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana
saja kamu jumpai mereka” diturunkan ketika keadaan perang, menurut
para pembela islam. Mereka menuduh para kritikus menggunakan ayat2
Quran utk menjelekkan islam dengan cara ‘tebang pilih’ (mengambil ayat
keluar dari konteksnya utk mendukung sebuah opini dan mengabaikan ayat2
lain yang menyanggahnya).
Muslim yang
bergantung pada argumen ini sering membuat kesan bahwa Quran itu penuh
dengan ayat2 damai, toleran dan persaudaraan universal, dengan sedikit
saja ayat yang mengatakan kekerasan. Para pemirsa mereka yang mudah
dibohongi juga mengasumsikan bahwa konteks utk setiap ayat kekerasan ini
dikelilingi oleh larangan2 yang melindungi ayat tersebut utk tempat dan
waktu tertentu (seperti pada kasus ayat2 Perjanjian Lamanya orang
Kristen).
Kenyataannya:
Sialnya, kebalikan dari itu. Itu sebabnya
kenapa para mualaf dan non muslim, yang baru belajar Quran dan Hadis,
sering dihadapkan pada serangkaian peringatan dan aturan oleh muslim2
yang ‘mengerti’ yang mengatakan bahwa ‘butuh bertahun-tahun utk
mempelajarinya”, utk mengerti sepenuhnya arti dari ayat2 tertentu.
Mualaf atau yang berniat masuk Islam didorong utk mencari petunjuk pada
ulama atau ustadz agar ‘menolong’ mereka menafsirkan apa yang mereka
baca.
Bukanlah ayat2 kekerasan yang
langka, malah ayat2 damai dan toleran lah yang langka ada dalam Quran.
Konteks sejarah yang melatar belakangi ayat2 kekerasan itupun jelas
tidak mendukung ‘damai’ yang mereka maksudkan.
Dalam Quran, kisah2, pemikiran2 dan topik2 sering muncul
begitu saja, sepertinya muncul secara random (acak) dalam acak kadut
kitab yang tidak berurutan baik secara kronologis waktu maupun kejadian.
Tapi, dengan bantuan referensi luar seperti hadis dan Kisah Hidup
Muhammad, biasanya bisa ditetapkan bagaimana sebuah ayat ‘diturunkan
oleh Awlloh” dan apa artinya bagi orang2 muslim saat itu dan jaman
sekarang. Ini yang dimaksud oleh para pembela muslim oportunis sebagai
“konteks sejarah”. Mereka puas bahwa ayat2 demikian hanyalah sebagai
bagian dari sejarah dan tidak dimaksudkan sebagai bentuk perintah bagi
muslim jaman sekarang.
Tapi “konteks
Sejarah” berlaku juga dua arah. Jika ayat itu adalah produk sebuah
kejadian dalam sejarah, maka semuanya juga demikian adanya. Tentunya,
tidak ada satu ayatpun dalam Quran yang tidak diberikan pada waktu
istimewa tertentu utk kondisi tertentu yang dialami Muhammad, apakah itu
keinginan Muhammad utk menaklukan suku tetangga atau butuh “wahyu” dari
Allah agar membujuk pengikutnya berperang, atau jika perlu “wahyu”
tertentu utk memuaskan nafsu seksnya atas wanita tertentu pula (utk
menghindari kemarahan dari istri2nya yang lain).
Inilah ironinya sistem “tebang pilih”:
Mereka yang memakai alasan “konteks sejarah” melawan penyanggahnya
hampir selalu berargumen dengan ayat pilihan mereka sendiri yang mana
ayat yang mereka terapkan dalam “konteks sejarah” dan yang mana yang
mereka anggap tidak perlu diterapkan dalam “konteks sejarah”.
Islamis murni tidak memainkan tipu-tipu
demikian. Tidak saja mereka tahu bahwa ayat2 Jihad itu banyak dan sangat
otoritatif (menggantikan ayat2 lain yang lebih awal), mereka juga
percaya bahwa keseluruhan ayat Quran itu abadi dan kalimat langsung dari
Allah utk segala waktu dan segala keadaan.. dan inilah yang membuat
mereka sangat berbahaya.
Islam
pasti benar karena agama yang paling pesat perkembangannya sedunia
Tipu-tipu Muslim:
Gimana bisa islam itu jelek jika islam
adalah agama yang paling pesat pertumbuhannya? Bukankah ini berarti
islam adalah sungguh2 agama yang sejati, karena banyak orang yang
menerimanya?
Kenyataannya:
Pertama-tama, kebenaran sejati dari sebuah
doktrin atau agama tidak pernah ditetapkan semata-mata dari banyaknya
orang yang percaya. seratus tahun lalu, mayoritas terbesar penghuni
planet ini bahkan tidak percaya bahwa mereka berdiri diatas sebuah
planet. Mereka juga tidakl percaya bahwa bumi berputar dg kecepatan
1.500 km/jam atau memutari matahari dengan kecepatan 100.500 km/jam.
Apakah ini berarti bahwa bumi tidak melakukan semua ini sampai orang2
percaya akan hal ini?
Kedua, Islam
bukan “tumbuh pesat” dibanding agama lain karena “orang2 menerimanya”,
tapi lebih karena kecepatan beranak pinak para muslim yang jauh lebih
tinggi dibanding orang2 kristen dan agama2 lain, khususnya di barat.
Belum lagi jika diingat mereka boleh beristri empat. Anak2 mereka
dibesarkan dalam agama apa saja sesuai orang tuanya. Jadi ini tidak bisa
dijadikan satu acuan.
Dari yang
mereka akui sebagai “mualaf” dari agama lain, hanya segelintir kecil
saja yang menjadi muslim aktif. Sisanya hampir semua Cuma orang2 yang
sebelumnya memang tidak berpegangan teguh pada agamanya semula, atau
bisa dibilang non agamis. Di Barat dan Negara dunia ketiga non muslim,
dimana semua agama boleh ‘berkompetisi’ dg adil, orang-orang yang
mengalami pencerahan spiritual kebanyakan malah mereka yang masuk
kekristenan bukannya islam.
Terakhir,
alasan utama bahwa islam ‘katanya’ lebih pesat kemajuannya dibanding
agama lain, sementara kehilangan umatnya keagama lain lebih sedikit.
Sebenarnya adalah utk menutupi kemaluan mereka sendiri, bukannya utk
berbangga diri. Pada kenyataannya, hal itu lebih berkesan utk
menghilangkan rasa ketidak amanan para muslim akan agama mereka sendiri
dibandingkan agama2 lain.
Misal anda
main catur dg anak umur 6 tahun. Bukannya ikut aturan catur, anak itu
boleh membuat aturan seenak dia sendiri. Salah satu aturan yang dia
tetapkan itu adalah, anda tidak boleh masuk kedaerah papan catur dia,
tapi dia bebas masuk kedaerah papan catur anda. Kemungkinan besar akan
sangat mustahil mengalahkan dia.
Misal
lagi, jika si anak memenangkan tanding catur itu – yang dipastikan oleh
aturan2 yang dia tetapkan sendiri – apakah ini sesuatu hal yang bisa
dibanggakan?
Aturan yang muslim
terapkan pada “catur agama” persis seperti perumpamaan tanding catur
diatas. Agama2 lain tidak boleh beroperasi didaerah islam (menyebarkan
agamanya, berkhotbah, dll) sementara para muslim seenak perutnya
berdakwah, berteriak2 sambil sesekali menjelek-jelekan agama lain. Malah
pindah agama dari islam ke yg lain tidak diijinkan – hukumannya mati.
Melihat para muslim BERBANGGA DIRI menjadi
“agama yang paling pesat pertumbuhannya” tidak berbeda dengan melihat
anak ingusan membanggakan diri bahwa dia adalah GRAND MASTER CATUR
karena telah mengalahkan jago2 catur dunia dalam sebuah pertandingan
yang aturannya dia tetapkan sendiri. Sebuah kemenangan yang “PALSU”.
Islam telah memainkan aturannya sendiri
sejak lahirnya. Bukan tidak mungkin para muslim segera mengembangkan
rasa percaya diri akan agama merka (atau kebutuhan pendewasaan diri
secara sosial) utk menutupi ‘aturan2 memalukan’ yang membuat mereka
menjadi demikian ‘SUKSES” dan menutup kompetisi dengan agama lain dalam
aturan yang sama.
Seperti telah
disebutkan diatas, kebenaran sejati sebuah agama atau dalil tidaklah
ditetapkan atau dibenarkan oleh berapa banyak pengikutnya. Tapi jika
sebuah agama harus didukung oleh STANDAR GANDA dan ANCAMAN HUKUMAN MATI
utk berkembang. Maka semakin yakinlah alasan utk meragukan kesejatian
agama tersebut.
(Catatan: ini bukan
berarti kita percaya bahwa islam itu agama yang paling pesat
pertumbuhannya, karena memang pernyataan itu sendiri tidak benar, para
muslim hanya ingin kita percaya seperti mereka percaya akan kebohongan
tipu-tipu itu)