Selasa, 14 Mei 2013

buku MENGENAL MUHAMMAD part 4 (halaman 31-40)





harus dilakukan, mereka datang kepada Muhammad untuk minta nasehat. Ini yang dilaporkan
Bukhari:
Abu Saeed berkata: “Kami pergi bersama Rasul Allâh ke Ghazwa tempat Banu Al-Mustaliq
dan kami menerima tawanan2 diantar tawanan2 Arab dan kami berhasrat pada wanita2 dan
sukar untuk tidak berhubungan seks dan kami senang melakukan azl. Maka ketika kami
hendak melakukan azl, kami
berkata, ‘Bagaimana kami bisa melakukan azl sebelum bertanya
pada Rasul Allâh yang ada diantara kita?’ Kami lalu bertanya padanya dan dia berkata, ‘Lebih
baik jangan lakukan itu, karena jikalau sebuah jiwa (sampai hari kiamat) telah ditakdirkan
akan ada, maka jiwa itu akan tetap ada.” [52]
[52] Bukhari, Volume 5, Buku 59, Nomer 459. Banyak hadis sahih menyatakan bagaimana Muhammad
mengijinkan hubungan seks dengan budak2 wanita, tapi tidak perlu melakukan azl/coitus interruptus karena jika
Allâh memang mau seseorang untuk lahir, maka jiwa orang itu akan lahir meskipun dilakukan azl/coitus
interruptus.
Lihat juga hadis sahih di bawah ini:
Bukhari 3.34.432: “Dikisahkan oleh Abu Saeed Al-Khudri: ketika dia duduk bersama Rasul Allâh dia berkata,
“Wahai Rasul Allâh! Kami memiliki tawanan2 wanita sebagai jatah jarahan perang, dan kami ingin tertarik
mengetahui harga mereka, apakah pendapatmu tentang azl/coitus interruptus?” Sang Nabi berkata, “Apakah kau
memang melakukan itu? Sebaiknya jangan. Jiwa yang sudah ditakdirkan Allâh untuk ada, akan tetap ada.”
Sahih Muslim juga dianggap sahih oleh semua Muslim. Inilah hadis Sahih Muslim 8.3381: “Rasul Allâh (s.a.w.)
ditanyai tentang azl/coitus interruptus dan dia menjawab: Seorang anak tidak terbentuk dari semua cairan
(sperma) dan jika Allâh memang merencanakan menciptakan sesuatu maka tiada yang dapat mencegahnya.”
Kaum Muslim juga menganggap hadis Abud Daud sahih. Inilah hadis sahih Abu Daud, 29.29.32.100: “Yahya
mengisahkan padaku dari Malik dari Humayd ibn Qays al-Makki bahwa seorang pria bernama Dhafif berkata
bahwa Ibn Abbas ditanyai tentang azl/coitus interruptus. Dia memanggil seorang budak wanita dan katanya,
‘Katakan pada mereka.’ Budak wanita itu merasa malu. Ibn Abbas berkata, ‘Baiklah, aku katakan sendiri.’ Malik
berkata, ‘Seorang pria tidak melakukan coitus interruptus dengan wanita merdeka kecuali jika wanita itu
mengijinkannya. Tidak ada salahnya melakukan coitus interruptus dengan seorang budak wanita tanpa ijin
darinya. Seseorang mengawini budak orang lain tidak melakukan coitus interruptus dengannya kecuali jika
kalangan budak wanita itu memberinya ijin.”
34
Juga lihat Bukhari 3.46.718, 5.59.459, 7.62.135, 7.62.136, 7.62.137, 8.77.600, 9.93.506 Sahih Muslim 8.3383,
8.3388, 8.3376, 8.3377, dan banyak lagi.
Perhatikan bahwa Muhammad tidak melarang memperkosa wanita yang ditangkap dalam
penyerangan. Sebaliknya, dia malah menjelaskan jika Allâh berniat menciptakan sesuatu,
maka tiada yang dapat mencegahnya. Dengan kata lain, tanpa sperma sekalipun wanita dapat
hamil. Jadi Muhammad memberi tahu orang2nya bahwa melakukan azl/coitus interruptus itu
percuma saja karena itu bagaikan melawan niat Allâh yang tak dapat dicegah. Muhammad
tidak mengatakan sepatah katapun yang melarang pemaksaan persemaian seksual terhadap
tawanan2 wanita itu. Sebaliknya, dengan mengritik azl, dia malah mendukung pemaksaan
persemaian lewat hubungan seks.
Dalam Qur’an, tuhannya Muhammad menghalalkan untuk berhubungan seks dengan
budak2 wanita, yang disebut sebagai “yang dimiliki tangan kanan,” bahkan sekalipun
wanita2 itu telah menikah sebelum ditawan. [53]
[53] Qur’an, 4:24: “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang
kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu..”
Qur’an, 33:50: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan
mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan
yang dikaruniakan Allah untukmu,”
Qur’an, 4:3: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Penyiksaan
Ibn Ishaq mengisahkan penaklukkan Khaibar. Dia melaporkan bahwa Muhammad tanpa
peringatan apapun menyerang benteng2 kota ini yang dihuni kaum Yahudi dan membunuh
banyak orang2 tak bersenjata ketika mereka melarikan diri. Seorang yang tertawan bernama
Kinana. Ibn Ishaq menulis:
Kinana al-Rabi, yang menyimpan harta masyarakat Banu Nadir dibawa menghadap kepada
sang Rasul yang menanyakan tentang harta itu. Dia (Kinana) menyangkal mengetahui di
mana harta itu. Seorang Yahudi datang (sejarawan Tabari menulis “dibawa menghadap”),
kepada sang Rasul dan berkata bahwa dia melihat Kinana pergi ke suatu reruntuhan setiap
subuh. Sang Rasul berkata kepada Kinana, “Kau tahu jika kami menemukan harta itu, aku
akan membunuhmu?” Dia berkata, “Ya.” Sang Rasul memerintahkan reruntuhan itu
dibongkar dan beberapa harta ditemukan. Lalu Rasul bertanya padanya di mana harta yang
lain, dan dia tidak mau menjawab, sehingga Rasul memberi perintah kepada al-Zubayr Al-
Awwam, “Siksa dia sampai mengaku.” Maka dia menyalakan api dengan batu percik dan besi
di atas dada Kinana sampai dia hampir mati. Lalu sang Rasul menyerahkan Kinana kepada
Muhammad b. Maslama yang lalu memancung kepalanya, sebagai tindakan balas dendam
atas kematian saudara lakinya Mahmud. [54]
[54] Sirat Rasul Allâh, hal. 515.
Di hari yang sama Muhammad menyiksa sampai mati pemuda Kinana, dia juga mengambil
istri Kinana yang bernama Safiya yang berusia tujuh belas tahun ke dalam sebuah tenda untuk
disetubuhi. Dua tahun sebelumnya, sang Nabi memancung kepala ayah Safiya dan juga
seluruh kaum pria Yahudi Bani Qurayza yang telah tumbuh bulu kemaluan. Ibn Ishaq menulis:
Sang Rasul menguasai benteng2 Yahudi satu demi satu, kemudian mengambil tawanan2.
Diantara para tawanan terdapat Safiya, istri Kinana yang adalah kepala masyarakat Khaibar,
dan dua wanita saudara sepupu; sang Rasul memilih Safiya untuk dirinya sendiri. Tawanan2
35
lainnya dibagi-bagikan diantara para Muslim. Bilal membawa Safiya kepada sang Rasul, dan
mereka melewati beberapa mayat Yahudi dalam perjalanan itu. Kawan2 wanita Safiya
menangis dan menabur debu di atas kepala mereka. Ketika Rasul Allâh melihat hal ini, dia
berkata, “Singkirkan wanita iblis ini dari hadapanku.” Tapi dia memerintahkan Safiya untuk
tetap tinggal, dan menyelubungkan jubahnya kepada Safiya. Dengan ini para Muslim tahu
bahwa Muhammad memilih Safiya bagi dirinya sendiri. Sang Rasul menegur Bilal, “Sudah
hilangkah belas kasihanmu sehingga kau bawa wanita2 ini melalui mayat2 suami mereka?”
Bukhari juga mencatat beberapa hadis tentang penaklukan Muhammad terhadap Khaibar dan
tindakan perkosaannya terhadap Safiya.
Anas berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan sembahyang subuh
ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang kuda dan Abu Talha berjalan
menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi
melewati jalan ke Khaibar dengan cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu
menyingkapkan pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia
berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati suatu negara maka
kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah diperingatkan.’ Dia mengulangi
kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah
datang)’ (Beberapa kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar,
menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata,
‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari para tawanan.’ Sang Nabi berkata,
‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’ Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang
pada sang Nabi dan berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan
dia adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak bagimu seorang.’
Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama
Safiya dan ketika sang Nabi melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak
wanita mana saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu
membebaskannya dan mengawininya.”
Thabit bertanya pada Anas,”O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?”
Dia menjawab, “Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari
status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan, Um Sulaim
mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya
sebagai pengantin sang Nabi.[55]
[55] Sahih Bukhari, 1.8.367
Dalam hadis ini diterangkan bagaimana kaum Muslim menyerang kota Khaibar sewaktu subuh dan saat itu
masyarakat Khaibar tidak siap. “Yakhrab Khaibar” (Khaibar hancur) kata Muhamad, sewaktu dia menaklukan
benteng satu demi satu: “Allahuakbar! Memang jika aku menyinari tepi daerah masyarakat manapun, maka
hancurlah mereka hari itu juga!"
Setelah menaklukan kota itu, maka tiba waktunya bagi2 jatah harta jarahan. Dihya, salah seorang tentara Muslim,
menerima Safiya sebagai bagian jatahnya. Ayah Safiya adalah ketua suku Yahudi Bani Nadir yang dipancung
kepalanya atas perintah Muhammad tiga tahun sebelumnya. Setelah Khaibar ditaklukkan, suami Safiya yang
masih muda yang bernama Kinana disiksa dan dipancung atas perintah Muhammad pula. Seseorang
memberitahu Muhammad bahwa Safiya sangatlah cantik. Lalu Muhammad menawarkan Dihya dua gadis
pengganti yakni saudara2 sepupu Safiya, dan lalu mengambil Safiya bagi dirinya sendiri.
Pembunuhan
Dunia modern kaget ketika mengetahui beberapa Muslim merasa satu2nya cara menghadapi
kritik Islam adalah membunuh pengritiknya. Di tahun 1989, Khomeini mengeluarkan fatwa
untuk membunuh Salman Rushdia karena Rushdie menulis buku berjudul Ayat2 Setan (The
Satanic Verses) yang dianggap menghina Islam. Beberapa orang mencela Khomeini dan
36
menuduhnya sebagai ekstrimis. Herannya, banyak yang menyalahkan Rushdie yang “tidak
peka” terhadap orang Muslim yang mudah tersinggung. Di tanggal 14 Februari, 2006, kantor
berita Pemerintah Iran melaporkan fatwa itu tetap berlaku selamanya.
Sejak berkuasa, rezim Islam Iran telah mengenyahkan secara sistematis para penentangnya
dengan cara membunuhi mereka, baik yang tinggal di dalam maupun di luar Iran. Ratusan
penentang sudah dibunuh dengan cara ini, termasuk Dr. Shapoor Bakhtiar, seorang demokrat
dan Perdana Menteri terakhir yang ditunjuk oleh Shah Iran. Yang tidak diketahui khalayak
umum adalah pembunuhan adalah cara Muhammad menghadapi orang2 yang menentangnya.
Saat ini, Muslim yang membunuhi pengritik Islam hanyalah mengikuti contoh perbuatan
nabinya.
Ka’b bin Ashraf adalah salah satu korban Muhammad. Seperti yang ditulis para sejarawan
Muslim, Ka’b adalah pria muda yang rupawan, penulis sajak berbakat, dan ketua Banu Nadir,
yang adalah salah satu suku2 Yahudi di Medina. Setelah Muhammad mengusir Banu Qainuqa,
yang adalah suku Yahudi lain di Medina, Ka’b jadi khawatir akan nasib masyarakatnya
terhadap ancaman Muslim. Jadi dia mengunjungi Mekah untuk mencari perlindungan. Dia
menyusun puisi dan memuji orang2 Mekah atas keberanian dan martabatnya. Ketika
Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid, dan setelah sembahyang, dia berkata:
“Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allâh dan
RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allâh! Maukah kamu agar aku
membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka izinkan saya untuk
berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan katakan.”
Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat)
darim kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari
kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allâh, engkau akan merasa lelah berhubungan dengan dia!”
Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia, kami tidak mau
meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang
kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan….
Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kembali padanya. Dia
kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b
mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak
ke manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila
telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara seperti darah mengucur dari
dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain adalah saudaraku Maslama dan saudara
angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di
malam hari meskipun (permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh."
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan
menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika kalian
melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan biarkan kalian
mengendus kepalanya."
Ka`b bin al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan
bau parfum. Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada
ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana menggunakan parfum
kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus
kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama mengendusnya dan mengajak kawannya
melakukan hal yang sama. Lalu ia minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku
mengendus kepalamu?" Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala
Ka`b erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!" Lalu mereka membunuhnya dan
pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi. [56]
[56] Bukhari, 5.59.369
37
Rasul Allâh tidak hanya menganjurkan pembunuhan, tapi dia juga merancang penipuan dan
pengelabuan. Salah satu korban tindakan pembunuhan Muhammad adalah seorang pria tua
bernama Abu Afak, yang dikabarkan berusia 120 tahun. Dia menulis puisi yang isinya
menangisi orang2 yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis bahwa Muhammad adalah
orang gila yang dengan sesukanya menetapkan larangan dan ijin kepada orang2, yang
mengakibatkan mereka kehilangan akal sehat dan jadi benci satu sama lain. Ibn Sa’d
melaporkan kisahnya sebagai berikut:
Lalu terjadi “sariyyah” (serangan) oleh Salim Ibn Umayr al-Amri terhadap Abu Afak, orang
Yahudi, di bulan Shawwal di awal bulan ke duapuluh sejak Rasul Allâh hijrah (pindah dari
kota Mekah ke Medina di tahun 622M). Abu Afak berasal dari masyarakat Banu Amr Ibn
Awf, dan dia adalah orang tua yang berusia seratus dua puluh tahun. Dia adalah orang Yahudi,
dan sering membujuk orang melawan Rasul Allâh, dan menulis puisi tentang Muhammad.
Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menentangnya dan dia ikut dalam perang
Badr, katanya, “Aku bersumpah akan membunuh Abu Afak atau lebih baik mati di
hadapannya. Dia menunggu kesempatan sampai tiba suatu malam yang panas, dan Abu Afak
tidur di tempat terbuka. Salim Ibn Umayr mengetahui hal itu, jadi dia meletakkan pedangnya
di atas hati Abu Afak dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allâh
menjerit dan orang2 pengikutnya cepat2 membawanya ke dalam rumahnya dan menguburnya.
[57]
[57] The Kitab al Tabaqat al kabir, Vol. 2, p 31
Satu2nya “dosa” orang tua ini adalah menulis puisi yang mengritik Muhammad.
Ketika Asma bint Marwan, seorang ibu Yahudi yang punya lima anak kecil mendengar hal ini,
dia merasa sangat marah dan lalu menulis puisi mengutuk orang2 Medina yang mengijinkan
orang asing (Muhammad) memecah-belah mereka dan membiarkan dia membunuh orang tua
tak berdaya. Sekali lagi Muhammad datang ke orang2nya dan mengeluh:
“Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari hadapanku?” `Umayr bin.
`Adiy al-Khatmi yang saat itu berada di situ mendengarnya, dan di malam itu juga dia pergi
ke rumah Asma dan membunuhnya. Di pagi hari dia datang menghadap sang Rasul dan
memberitahu apa yang diperbuatnya dan Muhammad berkata, “Kau telah menolong Allâh dan
Rasulnya, wahai `Umayr!" Ketika dia bertanya apakah dia akan menanggung dosa
pembunuhan, sang Rasul berkata, “Dua kambing tidak sudi bertumbukan kepala baginya
(Asma).” [58]
[58] Dari hal. 675-676 of The Life of Muhammad , Sirat Rasul Allâh terjemahan A. Guilaume.
Setelah dipuji Muhammad karena membunuh Asma, sang pembunuh pergi menemui anak2
Asma dan menyombongkan diri karena membunuh ibu mereka, dan dia mengancam anak2 itu
dan masyarakat suku korban.
Terjadi kegemparan diantara masyarakat Bani Khatma hari itu tentang pembunuhan terhadap
anak wanita Marwan. Dia punya lima anak laki, dan ketika `Umayr pergi bertemu dengan
mereka setelah menghadap sang Rasul, dia berkata, “Aku telah membunuh bint Marwan,
wahai putra2 Khatma. Lawan aku jika kau berani; jangan biarkan aku menunggu.” Ini adalah
hari pertama Islam menjadi kuat diantara orang2 B. Khatma; sebelum kejadian itu orang2
yang jadi Muslim merahasiakan diri. Orang yang pertama masuk Islam adalah `Umayr b.
`Adiy yang dijuluki “Pembaca” dan `Abdullah b. Aus and Khuzayma b. Thabit. Di hari
setelah Bint Marwan dibunuh, orang2 B. Khatma masuk Islam karena mereka telah melihat
kekuatan Islam. [59]
[59] Ibid.
38
Setelah pembunuhan2 ini, para Muslim Medina jadi semakin sombong dan merasa kuat,
karena mereka telah membuat musuh2 mereka takut. Muhammad ingin menyatakan pesan
bagi semua yang berani mengritiknya, hal ini berarti kematian. [60]
[60] Ibn Sa’d menulis versi lain kisah ini: “Bint Marwan, dari Banu Umayyah ibn Zayd, di hari ke lima bulan
Ramadhan, di awal bulan ke sembilan belas setelah Rasul Allâh hijrah. `Asma adalah istri Yazid ibn Zayd ibn
Hisn al-Khatmi. Dia biasa mengejek Islam, menyinggung sang Nabi dan membujuk orang2 melawannya. Dia
menulis puisi. Umayr Ibn Adi datang padanya di suatu malam dan masuk rumahnya. Anak2nya tidur di
sekitarnya. Ada seorang bayinya yang sedang disusuinya. Dia (Umayr) merabanya dengan tangannya karena dia
buta, dan memisahkan bayi itu darinya. Dia menusukkan pedangnya ke dadanya (`Asma) sampai menembus
punggungnya. Lalu dia melakukan sembahyang subuh bersama sang Nabi di al-Medina. Rasul Allâh berkata
padanya: ‘Sudahkah kau membunuh anak perempuan Marwan?’ Dia berkata: ‘Ya. Apakah ada lagi yang harus
kulakukan?’ Dia (Muhammad) berkata: ‘Tidak. Dua kambing tidak sudi bertumbukan baginya.’ Inilah kata2
yang pertama didengar dari Rasul Allâh. Rasul Allâh menjulukinya `Umayr, ‘basir’ (yang melihat).” -- Ibn
Sa`d's in Kitab al-Tabaqat al-Kabir, diterjemahkan oleh S. Moinul Haq, Vol. 2, hal. 24.
Tidak dapat disangkal lagi dalam pikiran teroris2 Muslim bahwa strategi pembunuhan seperti
ini memang mujarab. Bagi mereka, nasehat Qur’an untuk “menimbulkan rasa takut di hati
kafir” [61] memang tampak seperti cara pasti untuk menang. Cara ini berhasil bagi
Muhammad. Dia menyombong, “Aku telah dimenangkan karena teror.” [62] Cara ini berhasil
pula di Spanyol ketika para teroris membunuh dua ratus orang dengan meledakkan kereta2 api
bawah tanah di tanggal 11 Maret, 2004, dan sebagai akibatnya, masyarakat Spanyol
memberikan suara dalam Pemilu untuk memilih seorang pemimpin sosialis yang dengan
segera menerapkan kebijaksanaan yang menguntungkan para Muslim.
[61] Qur’an 3:151 “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim.”
[62] Bukhari, 4.52.220.
Karena keberhasilan yang ditunjukkan Muhammad dan ajaran ideologinya, para teroris
Muslim yakin bahwa strategi teror akan berhasil di manapun dan kapanpun. Mereka tidak
akan berhenti sampai seluruh dunia takluk atau mereka terbukti salah karena kalah melawan
kekuatan yang lebih besar.
Dunia Islam adalah dunia yang sakit, dan sudah jelas penyebab sakitnya adalah Islam
itu sendiri. Hampir setiap kejahatan yang dilakukan Muslim dilakukan dan dihalalkan
berdasarkan perkataan dan perbuatan Muhammad. Ini kenyataan pahit yang menyedihkan,
sehingga banyak orang yang memilih tidak mau tahu. Ada pula hadis yang dikisahkan oleh
Anas, sahabat Muhammad, tentang sekelompok Arab terdiri dari delapan orang yang datang
menghadap Muhammad dan mengeluh akan cuaca Medina. Muhammad menganjurkan
mereka minum kencing unta sebagai obat dan mengirim mereka menemui penggembala unta
di luar kota. Orang ini membunuh penggembala dan mencuri unta2nya. Ketika Muhammad
tahu akan hal ini, dia menyuruh orang2nya mengejar mereka. Lalu dia memerintahkan agar
tangan2 dan kaki2 mereka dipotong, meminta paku2 yang dipanaskan dan lalu ditusukkan ke
dalam mata2 mereka, dan mereka ditelantarkan di daerah berbatu untuk mati pelan2. Anas
berkata bahwa mereka minta air, tapi tidak ada yang memberi sampai akhirnya mereka mati.
[63]
[63] Bukhari Volume 4, Book 52, Number 261:
Orang2 Arab yang membunuh dan mencuri memang harus dihukum, tapi buat apa
segala penyiksaan hebat ini? Bukankah Muhammad sendiri membunuh dan mencuri?
Dari mana dia dapat unta2 tersebut? Bukankah dia mencurinya dari orang lain?
Bukankah dia sendiri menyerang dan membunuh orang2 untuk menjarah harta mereka?
Standard moral ganda/berbeda (double standard) ini merupakan sifat dunia Muslim
sejak awal. Konsep Hukum Emas (Golden Rule – perlakukan orang lain seperti dirimu ingin
39
diperlakukan) tidak ada dalam pikiran Muslim. Mereka ingin menikmati semua perlakuan
khusus di negara2 non-Muslim, tapi mereka sendiri menyangkal hak2 azasi non-Muslim di
negara2 yang mayoritas Muslim. Mereka dengan tulus beranggapan standard ganda itu
memang wajar.
Pembantaian Masal
Terdapat tiga suku Yahudi yang hidup di sekitar Yathrib (nama lama Medina), yakni Banu
Qainuqa, Bani Nadir dan Banu Quraiza. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mereka
merupakan penduduk asli kota itu. Awalnya Muhammad mengira karena dia telah mengutuk
agama pagan dan mengutip nabi2 Alkitab, maka kaum Yahudi dengan penuh semangat akan
bersedia jadi pengikutnya. Bagian2 awal Qur’an penuh dengan kisah2 Musa dan Alkitab.
Awalnya Muhammad memilih Yerusalem sebagai arah qibla sewaktu sembahyang, dengan
harapan kaum Yahudi mau jadi pengikutnya. Ahli Muslim bernama W. N. Arafat menulis,
“Sudah diterima umum bahwasanya Nabi Muhammad berharap para Yahudi di Yathrib yang
adalah pengikut agama illahi, akan menunjukkan pengertian terhadap agama baru penyembah
satu tuhan yakni Islam.” [64] Akan tetapi betapa herannya dia ketika mengetahui bahwa
masyarakat Yahudi, sama seperti masyarakat Quraish, tidak peduli atas panggilannya. Setelah
harapannya pupus dan kesabarannya habis, dia mulai bersikap bermusuhan terhadap mereka.
Kau Yahudi tidak mau meninggalkan agama kakek moyang mereka untuk memeluk agama
baru Muhammad. Penolakan ini membuatnya marah dan dia lalu mencari cara membalas
dendam. Pembunuhan2 terhadap Abu Afak dan Asma hanyalah awal dari kebenciannya atas
kaum Yahudi. Setelah merasa lebih percaya diri karena berhasil merampoki kafilah2 yang
lewat, Muhammad mulai mengalihkan sasaran rampok kepada kekayaan kaum Yahudi di
Yathrib dan mencari alasan untuk menyerang, mengenyahkan mereka dan merampas
kekayaannya. Kemarahannya terhadap kaum Yahudi mulai nampak dalam ayat2 Qur’an yang
disusunnya, di mana dia menuduh mereka tak berterimakasih kepada Allâh, membunuh nabi2
mereka dan melanggar hukum agama mereka sendiri. Dia bahkan bertindak lebih jauh lagi
dengan mengatakan karena kaum Yahudi melanggar hukum Sabbath, maka Tuhan mengubah
mereka jadi kera dan babi. [65] Sampai hari ini para Muslim tetap yakin bahwa kera dan babi
adalah keturunan kaum Yahudi.
[64] Dari Jurnal Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, (1976), hal. 100-107 Oleh W. N. Arafat
[65] Quran, 2:65, 5:60, 7:166
Penyerangan terhadap Banu Qainuqa’
Masyarakat Yahudi pertama yang menjadi korban kebuasan Muhammad adalah Banu
Qainuqa’. Mereka hidup di sekitar Yathrib. Mata pencaharian mereka adalah berkarya seni,
membuat kerajinan emas, peralatan besi, rumah tangga dan senjata2.Mereka tidak mahir
dalam berperang dan mempercayakan masalah keamanan pada bangsa Arab. Hal ini terbukti
menjadi kesalahan fatal bagi keberadaan mereka. Banu Qainuqa’ adalah sekutu suku Arab
Khazraj dan mendukung mereka dalam pertikaian dengan suku Arab saingan Khazraj yakni
Aws.
Kesempatan menyerang suku Yahudi ini datang ketika pertikaian timbul diantara beberapa
Yahudi dan Muslim. Seorang warga Banu Qainuqa’ bergurau dan menancapkan ke tanah
gaun seorang Muslimah yang sedang jongkok di toko perhiasan di pasar Banu Qainuqa’.
Ketika Muslimah itu berdiri, gaunnya sobek dan dia tampak telanjang. Seorang Muslim lewat
dan orang ini sudah terlebih dahulu benci terhadap orang Yahudi karena ucapan2 nabinya.
Muslim ini menyerang orang Yahudi itu dan membunuhnya. Anggota keluarga korban lalu
membunuh Muslim ini sebagai balasnya.
40
Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu Muhammad. Bukannya menenangkan keadaan,
tapi dia secara tidak adil menyalahkan seluruh kaum Yahudi, dan memerintahkan mereka
menerima Islam, kalau tidak akan diperangi. Kaum Yahudi menolak dan berlindung di dalam
benteng mereka. Muhammad mengepung mereka, menutup saluran air, dan berjanji
membunuh mereka semua.
Dalam Qur’an 3:12 dapat dibaca bagaimana Muhammad menyatakan ancamannya:
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan
akan digiring ke dalam neraka Jahanam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya" sambil
membual bagaimana dia mengalahkan kaum pagan Quraish di Badr.
Setelah dua minggu, suku Yahudi mencoba untuk merundingkan usaha menyerah, tapi
Muhammad tidak mau. Dia ingin membunuh mereka semua. Abdullah ibn Ubayy, yang
adalah ketua suku Arab Khazraj, memegang kerah baju Muhammad dan mengatakan padanya
dia tidak akan membiarkan Muhammad membunuh sekutu dan rekan2nya tanpa alasan.
Muhammad mengerti bahwa suku Khazraj menghormati ketuanya. Dia tahu jika suku Khazraj
mengepungnya, dia bisa kalah. Dia mendorong ibn Ubayy dan mukanya kelam karena murka
dan setuju untuk tidak membantai kaum Yahudi asalkan mereka meninggalkan kota mereka.
Inilah kisah yang ditulis Ibn Ishaq.
Banu Qainuqa’ adalah kaum Yahudi pertama yang melanggar perjanjian dengan sang Rasul
dan berperang, di antara Badr dan Uhud, dan sang Rasul mengepung mereka sampai mereka
menyerah tanpa syarat. `Abdullah b. Ubayy b. Salul pergi menemui sang Rasul ketika mereka
semua sudah berada di bawah kekuasaan Muhammad dan berkata, ‘Wahai Muhammad,
bersikaplah baik terhadap kawan2ku (Yahudi adalah sekutu suku Khazraj), tapi sang Rasul
menolaknya. Dia (`Abdullah) mengulangi perkataannya sekali lagi, dan sang Rasul
menolaknya, maka dia merenggut kerah jubah sang Rasul; sang Rasul sangat marah sehingga
mukanya hampir tampak hitam. Dia berkata, ‘Terkutuk kau, lepaskan aku.’ Dia (`Abdullah)
menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berlaku baik
terhadap kawan2ku. Empat ratus orang tanpa surat dan tiga ratus orang yang menerima surta
melindungiku dari seluruh musuh2ku; apakah kau akan membunuh mereka semua dalam
waktu satu pagi? Demi Tuhan, aku takut keadaan akan berubah.’ Sang Rasul berkata,’Kau
boleh memilikinya.’ [66]
[66] Ibn Ishaq Sirat, p. 363
Penulis2 biografi juga menambahkan bahwa Muhammad dengan bersungut berkata, “Biarkan
mereka pergi. Tuhan mengutuk mereka dan dia juga! Maka Muhammad mengampuni nyawa
mereka asal mereka mengasingkan diri dari tanah mereka. ” [67]
[67] Ibid.
Dia menuntut Banu Qainuqa’ menyerahkan segala kekayaan dan peralatan perang mereka,
mengambil seperlima jarahan bagi dirinya sendiri dan membagi-bagikan sisanya diantara
pengikutnya. Suku Yahudi Banu Qainuqa’ diusir. Sejarawan Muslim menulis bahwa mereka
melarikan diri ke Azru‘a di Syria di mana mereka tinggal sebentar dan setelah itu musnah. [68]
[68] AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri http://islamweb.islam.gov.qa
41
Penyerangan atas Banu Nadir
diterjemahkan oleh: curious
Berikutnya adalah giliran Banu Nadir, satu suku Yahudi lainnya di Yathrib. Setelah melihat
apa yang dilakukan Muhammad terhadap Banu Qainuqa’, Ka'b Ibn Ashraf, kepala suku Banu
Nadir mencari perlindungan kaum Quraish dan seperti yang dijelaskan di atas, dia dibunuh.
Sebelumnya telah perang pembalasan (Uhud) antara orang-orang Mekah dan Muslim di mana
Muslim dikalahkan. Muhammad perlu mengkompensasi kekalahannya dan menguatkan
kembali iman para pengikutnya bahwa Allah tidak membiarkan mereka kalah. Banu Nadir
adalah target yang gampang.
Sejarahwan Muslim Pakistan dan ahli tafsir Qur’an dan pencetus ide kebangkitan Islam,
Maududi, mengisahkan sebagai berikut: “Beberapa lama setelah penjatuhan hukuman
(pengusiran suku Qainuqa’ dan pembunuhan sejumlah penyair Yahudi), orang-orang Yahudi
terus dicekam rasa ketakutan dan mereka tidak berani lagi bertindak. Namun kemudian di
bulan Shawaal, tahun ketiga Hijrah, kaum Quraish dengan persiapan yang matang membalas
dendam atas kekalahan mereka di Badr terhadap Madinah, dan orang-orang Yahudi melihat
hanya ada beberapa ribu orang yang berperang dengan Nabi Suci (saw) melawan tiga ribu
orang Quraish, dan malah 300 orang munafik melarikan diri kembali ke Medinah. Pengikut
Abdullah ibn Ubayy, kepala suku Khazraj adalah yang pertama-tama melanggar persetujuan
perdamaian dengan menolak bergabung dengan Nabi Suci membela kota tersebut walaupun
mereka terikat perjanjian untuk melakukannya.”
Sangatlah menakjubkan bahwa kaum Muslim berpikir bahwa orang-orang Yahudi terikat
perjanjian untuk membantu Muhammad bertarung dalam perang agama melawan orang-orang
Mekah, walaupun dia teah mengusir salah satu suku mereka (Yahudi) dan telah membunuh
kepala suku mereka dan dua penyair mereka. Perang antara Muhammad dan orang-orang
Quraish tidak ada hubungannya dengan orang Yahudi, dan dengan membunuh orang-orang
Yahudi dan mengusir Banu Qainuqa’, Muhammd telah melanggar perjanjian perdamaian
dengan mereka. Dan masih juga, untuk membenarkan kelakukan bejadnya, pembela Islam
menyalahkan orang Yahudi dengan menuduh mereka melanggar perjanjian.
Muhammad sekarang sedang mencari alasan untuk mengusir Banu Nadir. Mereka memiliki
tanah pertanian terbaik di Yathrib dan taman-taman penuh pohon kurma dan mempekerjakan
banyak orang Arab. Karena itu beberapa Muslim, yang berkat jasa Muhammad telah menjadi
bandit ulung, membunuh dua orang dari Banu Kalb. Suku ini telah menandatangani perjanjian
damai dengan Muhammad, di mana pengikut-pengikut Muhammad tidak boleh merampok
atau membunuh mereka dan sebagai gantinya akan mendapat dukungan dari mereka. Para
pembunuh itu mengira korban mereka adalah dari suku lain. Seperti yang digariskan tradisi,
Muhammad harus membayar ganti rugi uang darah atas pertumpahan darah ini. Walaupun
telah diperkaya dengan harta rampokan dari Banu Qainuqa’, sang Nabi pergi menghadap
Banu Nadir dan meminta mereka turut membantu membayar uang darah itu sebagai bagian
dari perjanjian damai. Ini adalah permintaan yang keterlaluan dan Muhammad mengharap
Banu Nadir akan menolak, dan itu akan memberi dia alasan untuk memperlakukan mereka
sebagaimana dia telah memperlakukan Banu Qainuqa’. Namun Banu Nadir terlalu takut untuk
menolak permintaan tidak adil itu. Mereka setuju untuk membantu dan bubar untuk
mengumpulkan uang. Muhammad dan teman-temannya duduk di bawah dinding, menunggu.
Ini bukanlah apa yang direncanakan Muhammad. Dia telah datang membawa permintaan
yang sangat tidak adil dengan harapan akan menerima reaksi negatif dan karenanya dapat
melaksanakan rencana busuknya. Sekarang dia harus membuat strategi baru.
42
Tiba-tiba dia mendapat “inspirasi” baru. Dia berdiri dan tanpa mengucap sepatah katapun
kepada para pengikutnya, dia meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah. Ketika para
pengikutnya menanyainya kemudian, dia berkata bahwa malaikat Jibril memberitahu dia
bahwa orang-orang Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan batu ke kepalanya dari atas
dinding di mana mereka sedang duduk. Dengan alasan ini dia mulai menyiapkan serangannya
atas Banu Nadir.
Tidak ada satupun pengikut Muhammad yang melihat orang memanjat dinding itu atau
mendengar rencana pengancaman jiwa mereka. Namun orang-orang ini yang telah banyak
mendapat keuntungan keuangan dengan mengikuti dia, percaya apa saja yang dikatakannya,
tidak punya alasan ataupun kehendak untuk meragukan apa yang dikatakannya.
Orang berakal yang mana saja bisa melihat kemustahilan cerita Muhammad. Jika Banu Nadir
benar-benar mau dan berani membunuhnya, mereka tidak perlu memanjat dinding untuk
menjatuhkan batu. Muhammad hanyalah didampingi segelintir pengikutnya, Abu Bakr, Omar,
Ali dan mungkin satu atau dua lainnya lagi. Sangatlah mudah untuk membunuh mereka
semua, jika memang ini yang mereka kehendaki. Tuduhan ini jelas-jelas palsu.
Nabi yang percaya bahwa Allah itu khairul maakereen (penipu paling ulung),
(Q.3:54) sendirinya adalah orang yang licik. Cerita tentang Jibril memberitahu dia tentang
rencana orang Yahudi untuk mencabut nyawanya sama kredibelnya seperti cerita tentang
kunjungannya ke neraka dan surga. Namun para pengikutnya yang gampang dibodohi itu
percaya padanya dan sangat marah mendengar dongeng karangannya itu. Bersamanya
merekapun maju menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa.
Maududi menutup ceritanya dengan berkata: “Sekarang tidak ada alasan untuk memberi
mereka kemurahan hati lagi. Nabi suci segera memberi mereka ultimatum bahwa
pengkhianatan terencana mereka terhadapnya telah diketahuinya; dan karena itu mereka harus
meninggalkan Madinah dalam sepuluh hari. Jika mereka terdapati masih tinggal di tempat
tinggal mereka, mereka akan dibunuh dengan pedang.” Maududi memberi contoh yang
sempurna akan logika Muslim dengan menceritakan dongeng pengkhianatan Muhammad
seakan-akan itu hal yang alami dan semestinya orang bertindak.
Abdullah bin Ubayy berusaha keras membantu Banu Nadir, tetapi saat itu pengaruhnya terlalu
lemah dan pengikut-pengikut Muhammad telah terbutakan oleh iman mereka. Mereka tidak
mengizinkan bin Ubayy memasuki tenda Muhammad dan malahan menyerangnya dan
melukai wajahnya dengan pedang.
Setelah beberapa hari, Banu Nadir berunding untuk meninggalkan semua harta benda mereka
bagi Muhammad dan meninggalkan kota. Beberapa di antara mereka pergi ke Suriah dan
yang lainnya pergi ke Khaibar dan beberapa tahun kemudian dibunuh ketika Muhammad
mengincar kekayaan kaum Yahudi di sana.
Walaupun Muhammad membiarkan orang-orang ini pergi, rencananya yang pertama adalah
untuk membantai mereka. Berikut ini adalah kutipan dari Sirat (Sejarah hidup Muhammad)
yang membuat hal ini sangat jelas:
Mengenai Banu al-Nadir, Surat al Mujadila diturunkan di mana dikisahkan bagaimana Allah
membalas dendam pada mereka dan memberi Rasulnya kekuasaan atas mereka dan
bagaimana Dia memperlakukan mereka. Allah berkata: “Dia-lah yang mengeluarkan orangorang
kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pad saat pengusiran kali yang
pertama. ….Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai pandangan. Dan jika tidaklah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap
43
mereka,” yang merupakan balas dendam dari Allah. “Benar-benar Allah mengazab mereka di
duniaini, yaitu dengan pedang, dan di akhirat neraka jahanam." [69]
[69] Ibn Ishaq irat, hal. 438
Dalam pengepungan ini Muhammad memerintahkan penebangan dan pembakaran pohonpohon
milik Banu Nadir. Kekejian ini tidak pernah dilakukan bahkan oleh orang-orang
primitif Arab. Yang perlu dilakukannya untuk membenarkan kekejiannya ini hanyalah
membuat teman khayalannya menyetujui apa yang telah dia lakukan. Ini sangat mudah
dilakukan jika Allah tunduk pada kehendakmu.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu
biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah izin Allah; dan karena
Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Q. 59:5)
Sangat mudah membayangkan mengapa di lingkungan kering kerontang padang pasir, para
penghuni padang pasir menganggap penebangan pohon dan peracunan sumur sebagai
kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga melanggar perjanjian perdamaian dan adat lokal.
Seorang cendekiawan Muslim, Al-Mubarkpouri, berkata: “Rasul Allah (saw) menyita senjata
mereka, tanah, rumah dan harta kekayaan mereka. Di antara rampasan itu dia berhasil menyita
50 baju pelindung, 50 helmet dan 340 pedang. Rampasan ini semuanya milik Nabi semata,
karena tidak ada perang yang terlibat dalam penyitaannya. Dia membagikan rampasan itu
sesuai kehendaknya di antara para Muhajirin dan dua orang miskin Ansar, Abu Dujana dan
Suhail bin Haneef. Rasul Allah menghabiskan sebagian dari harta ini untuk keluarganya untuk
kehidupan mereka sepanjang tahun. Sisanya digunakan untuk melengkapi tentara Muslim
dengan senjata bagi perang-perang berikutnya dalam jalan Allah. Hampir semua ayat dalam
surat al Hashr mengambarkan pengusiran kaum Yahudi dan menyingkapkan kelakuan
memalukan kaum munafik. Ayat-ayat itu mewujudkan peraturan berkenaan dengan harta
rampasan. Dalam surat ini, Allah yang maha kuasa memuji para Muhajirin dan Ansar. Surat
ini juga menunjukkan kehalalan menebang dan membakar lahan musuh dan pohon-pohon
untuk tujuan militer. Tindakan ini tidak bisa dianggap sebagai perusakan asalkan dilakukan
dalam jalan Allah.”
Seperti halnya Maududi, Mubarakpouri juga menunjukkan ketidak adanya hati nurani dan
etika yang menjadi ciri khas ummah. Muslim melakukan apa yang nabi mereka lakukan.
Mereka menganggap membakar dan merajah harta orang-orang non Muslim sebagai tindakan
halal dalam perang, karena itu disetujui dan dilakukan sendiri oleh Muhammad. Berdasarkan
tindakan Muhammad, dapat disimpulkan bahwa kekejaman dalam Islam, dengan sangat
disayangkan, bukanlah penyimpangan dari Islam yang sejati. Pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan dan pembunuhan adalah praktek Islam. Tidak ada yang melampaui batas dalam
memajukan agama Allah.
Anehnya, surat al-Hashrs diakhiri dengan menyuruh muslim bertakwa kepada Tuhan, yang
membuatnya jelas bahwa ketakwaan bagi Muslim mempunyai arti yang sangat lain. Pembela
Islam berkata bahwa moralitas jaman sekarang tidak boleh dipakai untuk menilai Muhammad
yang hidup 1400 tahun yang lalu. Ironisnya, mereka menggunakan moralitas itu sebagai
standar dan mencoba memaksakannya pada semua manusia setiap waktu.

Cari artikel Blog Ini

copy right